Tasawuf berkembang menjadi cabang ilmu keislaman tersendiri yang menekankan tujuan penyucian jiwa dan pendekatan diri kepada Allah. Walau seluruh ibadah dalam Islam telah diatur dan diorientasikan untuk tujuan di atas, para sufi atau pengamal tasawuf tidak hanya menjalankan ibadah secara formal sesuai ketentuan syariat, tetapi juga berusaha menangkap rahasia syariat yang membawa mereka lebih dekat lagi kepada Sang Pencipta. Lihat Muhammad bin Musthafa, Bariqatul Mahmudiyyah fi Syarhi Thariqah Muhammadiyyah, Jilid 3, halaman 154. Sebagai cabang ilmu yang berdiri sendiri, tasawuf kemudian berkembang menjadi tasawuf menjadi tasawuf positif yakni tasawuf yang sejalan dengan akidah serta syariat Islam dan tasawuf negatif yakni tasawuf yang bertentangan dengan akidah dan syariat Islam. Di sisi lain, tasawuf juga berkembang menjadi tasawuf amali dan tasawuf falsafi. Sebagai tasawuf positif, tasawuf amali adalah tasawuf yang menekankan pendekatan dan kaidah ilmiah dimana akidah sebagai fondasinya, syariat sebagai tiangnya, dan tasawuf sebagai energi yang membawa umat menjadi lebih baik, hidup bersih lahir-batin, dekat dengan Allah dan juga sesama makhluk, senantiasa berorientasi pada kehidupan akhirat. Lihat Dr. Abdul Ghani, Tasawuf Amali bagi Pencari Tuhan, [Bandung Alfabeta], 2019, halaman 42. Tasawuf amali bertitik tolak dari ilmu yang diyakini harus diamalkan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kaidah yang dibangun di dalamnya adalah ilmu amaliah dan amal ilmiah. Jadi, tidak benar anggapan yang mengatakan bahwa tasawuf mengabaikan ilmu dan mengedepankan pengamalan yang diajarkan guru. Dengan kata lain, tasawuf ini tidak mengabaikan ilmu, tidak berhenti pada ilmu dan iman, tetapi ditingkatkan pada tataran amal dan amaliah yang saleh, sebagaimana perintah Al-Quran. وَالْعَصْرِ ، إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ ، إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ Artinya, "Sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh," QS. al-Ashr [103] 1-3. Dalam salah satu tulisannya, al-Ghazali pernah menyatakan, “Para pengamal tasawuf amali bukanlah pemikir yang hanya berwacana, tetapi kelompok umat yang peduli atas kualitas jiwa dan terus beramal.” Dan pemikirannya itu sudah dibuktikannya sendiri. Dengan demikian, tasawuf amali adalah tasawuf yang berorientasi pada penerapan dan pengamalan tasawuf dalam kehidupan sehari-hari. Secara tidak langsung tasawuf ini bergerak di atas dua terapan, yakni tataran konseptual teoritis sebagai landasan filosofis dan tataran praktis sebagai dimensi terapan dari ilmu tasawuf. Ketika beramal dan bermuamalah, para pemegang tasawuf amali senantiasa memperhatikan tuntunan syariat, yakni Al-Quran, sunnah, tadisi generasi salaf, dan amaliah para ulama yang berpegang teguh pada nilai-nilai dan tuntunan Islam. Maka dari itu, tasawuf amali melahirkan 4 istilah lain, yaitu tasawuf qurani, tasawuf sunni, tasawuf akhlaki, dan tasawuf salafi, yang pada hakikatnya merupakan bagian integral dari tasawuf amali itu sendiri. Lihat Asep Usman Ismail, Tasawuf Menjawab Tantangan Global, 2012 Jakarta Transpustaka, hal. 122-126. Pertama, tasawuf qurani, yaitu tasawuf yang pola amaliah tasawufnya bertumpu pada kegiatan, usaha, dan proses tazkiyatun-nafs, taqarrub ilallah, dan hudhurul-qalbi ma’allah dengan bersumber pada ajaran Al-Quran. Dalam pengamalan tasawuf qurani, setiap konsep dan langkah-langkah amaliahnya dikembalikan kepada ayat-ayat suci Al-Quran, baik secara langsung maupun melalui penafsiran para ulama jumhur. Kedua, tasawuf sunni, yaitu tasawuf yang pola amaliahnya bertumpu pada sunah-sunah Nabi saw. Dalam pengamalannya, perkataan, perbuatan, dan ketetapan Nabi saw. senantiasa menjadi acuan. Dengan kata lain, tasawuf sunni merupakan perjuangan bertasawuf dengan menjadikan sunnah Nabi saw. sebagai pusat perhatian dan pola amaliahnya. Keseluruhan sunah dan kebiasaan beliau menjadi sumber inspirasi dan keteladanan, bahkan kepribdiannya yang luhur diyakini sebagai personifikasi yang membumi dari “grand sufi” yang berada pada puncak piramida spiritual. Bagaimana tidak, karena Rasulullah saw. adalah seorang yang menempuh perjalanan spiritual menuju Allah hingga berhasil berhadap-hadapan dengan-Nya dalam jarak yang sangat dekat, berkat dialog dan pendampingan malaikat Jibril. Ketiga, tasawuf akhlaki, yaitu tasawuf yang fokus utamanya membina akhlak mulia. Sebab, esensi tasawuf itu sendiri adalah usaha dan proses tazkiyatun-nafs, yakni membersihkan diri dari dosa besar maupun kecil, membersihkan hati dari sifat-sifat tercela dan menghiasinya dengan sifat-sifat terpuji. Ketika jiwa sudah bersih dan hati sudah penuh dengan sifat-sifat terpuji, maka akan terpancar akhlak yang terpuji. Keempat, tasawuf salafi, yaitu tasawuf yang pengamalannya berpedoman kepada pemikiran dan metodologi bertasawuf sebagaimana yang dijalankan oleh kaum salaf, yakni tiga generasi pertama dalam Islam para sahabat, para tabi’in, dan tabi’t tabi’in. Dengan demikian, secara singkat tasawuf salafi adalah pengamalan tasawuf yang mengutamakan apa yang ditempuh oleh generasi salaf terdahulu, yang tentunya juga bersumber dari tuntunan syariat. Tasawuf amali kemudian melahirkan anak kandung yang bernama tarekat, yang secara harfiah berarti cara’, jalan’, atau metode’, guna mencapai tujuan bertasawuf. Di sinilah para pemegang tasawuf amali secara inten dan nyata menjalankan amaliah dan mempraktikkan konsep-konsep tasawufnya sesuai dengan bimbingan guru dan ketentuan syariat yang telah diadopsi tarekat, dengan tujuh komponen utamanya, yaitu mursyid, murid, silsilah, baiat, adab, wirid, dan tempat. Dalam tasawuf amali ini, dikenal sejumlah tokoh penting, di antaranya adalah Abdul Qadir al-Jailani, Junaid al-Baghdadi, Hasan al-Bashri, Rabi’ah al-Adawiyah, dan Dzun Nun al-Mishri. Selain tarekat, sejumlah aspek penting yang dipelajari dalam tasawuf ini adalah syariat, hakikat, dan makrifat. Lihat al-Qusyairi, ar-Risalah al-Qusyairiyyah, hal. 87; lihat pula Dr. Abdul Ghani, Tasawuf Amali bagi Pencari Tuhan, [Bandung Alfabeta], 2019, halaman 65-86. Dalam praktiknya, tasawuf amali memiliki sejumlah metode yang harus diikuti oleh para salik, yaitu riyadhah atau latihan untuk membiasakan diri tidak berbuat yang dapat mengotori jiwa serta menjauhi hal-hal yang diinginkan oleh nafsu; tafakur, yaitu proses pembelajaran diri manusia melalui aktivitas berpikir yang menggunakan perangkat batin; tazkiyatun-nafs, yakni proses penyucian jiwa melalui tiga tahapan, takhalli, tahalli, dan tajalli; dzikrullah, yakni upaya mengingat Allah dan menyebut asma-Nya secara berulang-ulang. Lihat al-Hakim at-Tirmidzi, Adabun-Nafs, juz I, halaman 34. Demikian pengenalan singkat tasawuf amali. Sementara tasawuf falsafi, mengingat keterbatasan ruang, maka insya Allah akan disampaikan pada tulisan berikutnya. bersambung.... Wallahu al’lam. Ustadz Tatam Wijaya, alumnus Pondok Pesantren Raudhatul Hafizhiyyah Sukaraja-Sukabumi, Pengasuh Majelis Taklim “Syubbanul Muttaqin” Sukanagara-Cianjur, Jawa Barat.
PerbedaanAkhlak, Etika dan Moral. Dalam dokumen Akhlak Perspektif Pemikiran Tasawuf Syeikh Abdurrauf As-Singkili (Halaman 38-45) Etika dan moral, 41 sering disamakan dengan pengertian akhlak, demikian pula dengan ilmu akhlak dan Ethics. Juga ada yang berpandangan bahwa akhlak adalah Etika Islam.
Perbedaan Akhlak Dan Tasawuf – Akhlak dan Tasawuf memiliki perbedaan yang mendasar. Mereka berdua berfungsi untuk membantu manusia menjadi lebih baik, tetapi mereka memiliki tujuan yang berbeda. Akhlak menekankan perilaku moral dan etika manusia. Ini mencakup bagaimana orang berperilaku di depan orang lain, bagaimana mereka menghormati orang lain, bagaimana mereka menangani masalah dan konflik, dan bagaimana mereka merespon pada orang lain. Akhlak menuntut manusia untuk menjadi baik dan bertindak secara jujur, adil, dan bermoral. Tasawuf, di sisi lain, adalah suatu bentuk spiritualitas yang menekankan hubungan antara manusia dan Tuhan. Ini mencakup introspeksi dan pengembangan batin. Tujuan dari tasawuf adalah untuk menemukan kebahagiaan dan ketenangan melalui hubungan dengan Tuhan. Kedua akhlak dan tasawuf memiliki manfaat yang luar biasa untuk kehidupan manusia. Akhlak membantu kita menjadi manusia yang lebih baik dan bertanggung jawab, sementara tasawuf membantu kita meningkatkan ketenangan dan kebahagiaan melalui hubungan dengan Tuhan. Karena perbedaannya, akhlak dan tasawuf dapat membantu manusia dalam cara yang berbeda. Akhlak membantu kita menjadi orang yang lebih baik dan bertanggung jawab terhadap orang lain, sementara tasawuf membantu kita menemukan ketenangan dan kebahagiaan melalui hubungan dengan Tuhan. Perbedaan antara akhlak dan tasawuf adalah bahwa akhlak berfokus pada bagaimana kita berperilaku di depan orang lain dan bagaimana kita menghormati orang lain, sementara tasawuf berfokus pada hubungan kita dengan Tuhan. Akhlak juga berfokus pada bagaimana kita menangani masalah dan konflik, sementara tasawuf berfokus pada introspeksi dan pengembangan batin. Kesimpulannya, akhlak dan tasawuf memiliki perbedaan yang mendasar. Mereka berdua memiliki manfaat yang luar biasa untuk kehidupan manusia, tetapi mereka memiliki tujuan yang berbeda. Akhlak berfokus pada perilaku moral dan etika manusia, sementara tasawuf berfokus pada hubungan antara manusia dan Tuhan. Dengan menggabungkan keduanya, kita dapat mencapai kebahagiaan dan ketenangan melalui hubungan dengan Tuhan dan juga menjadi orang yang lebih baik dan bertanggung jawab terhadap orang lain. Daftar Isi 1 Penjelasan Lengkap Perbedaan Akhlak Dan 1. Perbedaan antara akhlak dan tasawuf adalah akhlak berfokus pada bagaimana kita berperilaku di depan orang lain dan bagaimana kita menghormati orang lain, sementara tasawuf berfokus pada hubungan kita dengan 2. Akhlak menekankan perilaku moral dan etika manusia, termasuk bagaimana orang berperilaku di depan orang lain, bagaimana mereka menghormati orang lain, bagaimana mereka menangani masalah dan konflik, dan bagaimana mereka merespon pada orang 3. Tasawuf adalah suatu bentuk spiritualitas yang menekankan hubungan antara manusia dan Tuhan, termasuk introspeksi dan pengembangan 4. Tujuan dari akhlak adalah untuk menjadi baik dan bertindak secara jujur, adil, dan bermoral, sedangkan tujuan dari tasawuf adalah untuk menemukan kebahagiaan dan ketenangan melalui hubungan dengan 5. Kedua akhlak dan tasawuf memiliki manfaat yang luar biasa untuk kehidupan manusia, tetapi mereka memiliki tujuan yang 6. Dengan menggabungkan keduanya, kita dapat mencapai kebahagiaan dan ketenangan melalui hubungan dengan Tuhan dan juga menjadi orang yang lebih baik dan bertanggung jawab terhadap orang lain. Penjelasan Lengkap Perbedaan Akhlak Dan Tasawuf 1. Perbedaan antara akhlak dan tasawuf adalah akhlak berfokus pada bagaimana kita berperilaku di depan orang lain dan bagaimana kita menghormati orang lain, sementara tasawuf berfokus pada hubungan kita dengan Tuhan. Akhlak dan tasawuf adalah dua istilah yang sering digunakan dalam agama dan filsafat. Akhlak berfokus pada bagaimana kita berperilaku di depan orang lain dan bagaimana kita menghormati orang lain, sementara tasawuf berfokus pada hubungan kita dengan Tuhan. Kedua konsep ini berbeda dan keduanya memiliki tujuan yang berbeda. Akhlak adalah karakter atau prinsip moral yang ditemukan di dalam agama atau filsafat. Akhlak berkaitan dengan bagaimana orang berperilaku di depan orang lain, dan mencakup norma-norma sosial dan etika yang dipelajari, diterapkan, dan dipraktekkan. Akhlak menekankan menjaga perilaku kita dalam kehidupan sehari-hari, sehingga kita dapat berinteraksi dengan orang lain dengan cara yang positif dan sopan. Tasawuf adalah cabang dari ilmu spiritual dan filsafat agama yang berfokus pada hubungan antara manusia dengan Tuhan. Istilah ini dapat digunakan untuk menjelaskan berbagai aspek spiritual, termasuk pengalaman spiritual, pencarian akan kebenaran, dan komitmen yang dibutuhkan untuk mencapai kebahagiaan spiritual. Tasawuf memfokuskan pada pengembangan kebajikan, pemahaman akan kebenaran, dan kesadaran spiritual yang dapat membantu orang mencapai kejelasan spiritual. Kesimpulannya, akhlak dan tasawuf adalah konsep yang berbeda, dengan tujuan yang berbeda. Akhlak berfokus pada bagaimana orang berperilaku di depan orang lain dan bagaimana menghormati orang lain, sementara tasawuf berfokus pada hubungan kita dengan Tuhan. Akhlak menekankan menjaga perilaku kita dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan tasawuf menekankan pada pengembangan kebajikan, pemahaman akan kebenaran, dan kesadaran spiritual yang dapat membantu orang mencapai kejelasan spiritual. 2. Akhlak menekankan perilaku moral dan etika manusia, termasuk bagaimana orang berperilaku di depan orang lain, bagaimana mereka menghormati orang lain, bagaimana mereka menangani masalah dan konflik, dan bagaimana mereka merespon pada orang lain. Akhlak adalah sebuah konsep yang berkaitan dengan tingkah laku dan perilaku manusia. Akhlak menekankan perilaku moral dan etika manusia, termasuk bagaimana orang berperilaku di depan orang lain, bagaimana mereka menghormati orang lain, bagaimana mereka menangani masalah dan konflik, dan bagaimana mereka merespon pada orang lain. Akhlak menekankan perilaku manusia yang baik dan bermoral, yang memberikan contoh bagi orang lain untuk diikuti. Akhlak juga menekankan pada penghormatan pada orang lain dan menghindari tindakan yang tidak adil, tidak hormat, dan tidak menghormati. Akhlak menekankan penggunaan bahasa yang baik, menghormati hak asasi manusia, dan menghindari tindakan yang dapat menyebabkan kekerasan atau kecaman. Tasawuf, atau juga dikenal sebagai Sufisme, adalah sebuah aliran spiritual Islam yang berfokus pada aspek spiritual dan rohani dari kehidupan manusia. Tasawuf menekankan pada keintiman dengan Tuhan dan pembentukan hubungan antara manusia dan Tuhan. Tasawuf juga menekankan pada peningkatan spiritual dan perkembangan manusia, dengan berfokus pada pengalaman spiritual dan rohani. Dalam tasawuf, orang-orang berusaha untuk mencapai keintiman dengan Tuhan melalui berbagai cara, termasuk meditasi, doa, dan pengalaman spiritual lainnya. Tasawuf juga menekankan pada pengalaman spiritual yang berbeda-beda, tergantung pada tradisi dan ajaran masing-masing. Kesimpulannya, Akhlak menekankan pada perilaku moral dan etika manusia, sementara Tasawuf menekankan pada pengalaman spiritual dan rohani. Akhlak menekankan pada penghormatan pada orang lain dan menghindari tindakan yang tidak adil, tidak hormat, dan tidak menghormati, sementara Tasawuf menekankan pada keintiman dengan Tuhan dan pembentukan hubungan antara manusia dan Tuhan. Kedua aliran ini berbeda satu sama lain, tetapi bisa berjalan bersama untuk membentuk perilaku manusia yang baik dan bermoral. 3. Tasawuf adalah suatu bentuk spiritualitas yang menekankan hubungan antara manusia dan Tuhan, termasuk introspeksi dan pengembangan batin. Tasawuf merupakan suatu bentuk spiritualitas yang menekankan hubungan antara manusia dan Tuhan. Hal ini termasuk introspeksi dan pengembangan batin. Tasawuf adalah bentuk praktik spiritual yang cukup luas yang telah dikembangkan selama berabad-abad. Ini adalah salah satu dari cabang-cabang utama agama Islam. Akhlak adalah suatu bentuk moralitas atau etika yang memandu perilaku manusia. Hal ini berfokus pada perilaku yang layak dan etika yang tepat. Hal ini berfokus pada bagaimana orang menghormati satu sama lain dan bagaimana orang menjaga sikap yang saling menghormati. Akhlak juga mencakup bagaimana orang harus bertindak di hadapan Tuhan. Perbedaan utama antara akhlak dan tasawuf adalah bahwa tasawuf lebih berfokus pada pengembangan batin dan hubungan antara manusia dan Tuhan, sedangkan akhlak lebih berfokus pada perilaku dan etika sosial dan bagaimana orang harus bertindak di hadapan Tuhan. Tasawuf berfokus pada pengembangan batin melalui pengalaman spiritual dan berfokus pada hubungan antara manusia dan Tuhan. Tasawuf adalah praktik spiritual yang cukup luas yang telah dikembangkan selama berabad-abad. Ini termasuk meditasi, pengamalan kebaikan, dan juga mencakup aspek-aspek seperti pengorbanan, pengampunan, dan pemahaman. Akhlak adalah suatu bentuk moralitas yang memandu perilaku manusia. Hal ini berfokus pada perilaku yang layak dan etika yang tepat. Hal ini juga berfokus pada bagaimana orang harus bertindak di hadapan Tuhan. Akhlak adalah sebuah sistem yang mengatur bagaimana orang harus bersikap dan bertindak di hadapan orang lain. Kedua bentuk praktik spiritual ini memiliki tujuan yang berbeda. Tasawuf adalah bentuk praktik spiritual yang lebih berfokus pada pengembangan batin dan hubungan antara manusia dan Tuhan, sedangkan akhlak lebih berfokus pada perilaku dan etika sosial dan bagaimana orang harus bertindak di hadapan Tuhan. Namun, keduanya berkontribusi untuk membentuk orang menjadi lebih baik. 4. Tujuan dari akhlak adalah untuk menjadi baik dan bertindak secara jujur, adil, dan bermoral, sedangkan tujuan dari tasawuf adalah untuk menemukan kebahagiaan dan ketenangan melalui hubungan dengan Tuhan. Akhlak dan Tasawuf adalah dua cabang yang berbeda dari upaya manusia untuk memahami dan mengejar kebahagiaan. Keduanya berbeda satu sama lain dalam tujuan, cara, dan pandangan mereka tentang kebahagiaan. Akhlak menekankan pada moral dan etika serta tujuan untuk menjadi baik dan bertindak secara jujur, adil, dan bermoral, sedangkan Tasawuf menekankan pada hubungan spiritual dengan Tuhan dan tujuan untuk menemukan kebahagiaan dan ketenangan melalui hubungan dengan Tuhan. Tujuan utama dari akhlak adalah untuk menyempurnakan karakter dan melatih diri untuk bertindak dengan cara yang benar dan baik. Akhlak menekankan pada konsep etika dan moral. Etika menekankan pada perilaku yang benar dan bertanggung jawab, sementara moral menekankan pada konsep nilai-nilai abadi seperti kebenaran, kejujuran, dan keadilan. Akhlak juga menekankan pada bagaimana seseorang dapat menjadi lebih baik dan mengembangkan karakternya melalui pembelajaran dan praktik. Akhlak adalah cara untuk menjadi orang yang bermoral dan bertanggung jawab yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan tujuan utama dari tasawuf adalah untuk membangun hubungan yang kuat antara manusia dan Tuhan. Tasawuf menekankan pada spiritualitas dan iman, dan tujuannya adalah untuk mencapai kesadaran yang lebih tinggi tentang spiritualitas melalui meditasi dan pengamatan. Tasawuf juga menekankan pada konsep bahwa Tuhan adalah sumber dari semua kebahagiaan dan ketenangan. Melalui tasawuf, seseorang dapat menjadi lebih sadar tentang hubungannya dengan Tuhan dan mencapai kebahagiaan dan ketenangan melalui hubungan spiritual dengan Tuhan. Kesimpulannya, Akhlak dan Tasawuf adalah dua cabang yang berbeda dari upaya manusia untuk memahami dan mengejar kebahagiaan. Akhlak menekankan pada moral dan etika serta tujuan untuk menjadi baik dan bermoral, sedangkan Tasawuf menekankan pada hubungan spiritual dengan Tuhan dan tujuan untuk menemukan kebahagiaan dan ketenangan melalui hubungan dengan Tuhan. Akhlak mengajarkan prinsip etika dan moral untuk bertindak dengan cara yang benar dan bertanggung jawab, sedangkan Tasawuf mengajarkan tentang hubungan spiritual dengan Tuhan dan cara untuk mencapai kesadaran yang lebih tinggi tentang spiritualitas dan kebahagiaan. 5. Kedua akhlak dan tasawuf memiliki manfaat yang luar biasa untuk kehidupan manusia, tetapi mereka memiliki tujuan yang berbeda. Akhlak dan Tasawuf merupakan dua bidang yang berbeda dari ilmu keagamaan. Meskipun tujuan mereka berbeda, keduanya memiliki manfaat yang luar biasa bagi kehidupan manusia. Akhlak adalah suatu disiplin yang mempelajari perilaku manusia dalam hubungannya dengan Tuhan dan sesama manusia. Akhlak mengajarkan manusia untuk menjadi baik dan bermoral. Akhlak juga mengajarkan nilai-nilai seperti kejujuran, keadilan, toleransi, dan kesetaraan. Akhlak juga membantu manusia untuk mengetahui batasan moral yang berlaku dalam kehidupan sosial. Sedangkan Tasawuf adalah disiplin yang mempelajari hubungan manusia dengan Tuhan. Ini berfokus pada pengembangan dalam spiritualitas dan keintiman dengan Tuhan. Tujuan dari tasawuf adalah untuk membantu manusia mencapai pengalaman spiritual yang lebih dalam, yaitu mencapai kedekatan dengan Tuhan. Tasawuf mengajarkan manusia untuk meningkatkan kesadaran spiritual mereka, yang bertujuan untuk mencapai ketenangan jiwa dan kedamaian. Kedua akhlak dan tasawuf memiliki tujuan yang berbeda namun memiliki manfaat yang luar biasa bagi kehidupan manusia. Akhlak bertujuan untuk membantu manusia menjadi lebih bermoral dan berkelakuan baik. Akhlak juga membantu manusia untuk mengetahui batasan moral yang berlaku dalam kehidupan sosial. Sedangkan tasawuf bertujuan untuk membantu manusia mencapai pengalaman spiritual yang lebih dalam dan meningkatkan kesadaran spiritual mereka. Tasawuf juga bertujuan untuk mencapai ketenangan jiwa dan kedamaian. Keduanya saling melengkapi dan membantu manusia dalam mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan. Akhlak membantu manusia untuk membangun hubungan yang baik dengan sesama manusia dan membantu manusia untuk mengetahui batasan moral yang berlaku dalam kehidupan sosial. Sedangkan tasawuf membantu manusia dalam mencapai ketenangan jiwa dan kedamaian melalui pengalaman spiritual yang lebih dalam. Kesimpulannya, akhlak dan tasawuf memiliki tujuan yang berbeda namun memiliki manfaat yang luar biasa bagi kehidupan manusia. Akhlak membantu manusia untuk menjadi lebih bermoral dan berkelakuan baik, sementara tasawuf membantu manusia dalam mencapai ketenangan jiwa dan kedamaian melalui pengalaman spiritual yang lebih dalam. Keduanya saling melengkapi dan membantu manusia dalam mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan. 6. Dengan menggabungkan keduanya, kita dapat mencapai kebahagiaan dan ketenangan melalui hubungan dengan Tuhan dan juga menjadi orang yang lebih baik dan bertanggung jawab terhadap orang lain. Akhlak dan Tasawuf adalah dua aspek penting dalam agama yang berbeda, tetapi saling berhubungan. Akhlak merupakan kumpulan nilai dan norma sosial yang mengatur perilaku manusia sehari-hari, sedangkan Tasawuf adalah sebuah ajaran spiritual yang berfokus pada hubungan manusia dengan Tuhan. Kedua aspek ini sangat berkorelasi, karena mereka berfokus pada keberagaman aspek spiritual dan moralitas manusia. Akhlak adalah kumpulan nilai dan norma sosial yang menentukan bagaimana kita harus berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini diatur oleh pemahaman akan nilai-nilai luhur yang dianut oleh masyarakat dan berbeda-beda antara masyarakat satu dengan yang lain. Akhlak berfokus pada bagaimana kita harus berinteraksi dengan orang lain, memperlakukan orang lain dengan hormat dan menghormati serta mempertahankan integritas dan kejujuran. Akhlak juga berfokus pada bagaimana kita harus menghargai hak asasi manusia dan berusaha untuk mengikuti prinsip-prinsip moral yang berlaku di seluruh dunia. Tasawuf adalah sebuah ajaran spiritual yang berfokus pada hubungan manusia dengan Tuhan. Hal ini berfokus pada bagaimana seseorang dapat mencapai spiritualitas yang lebih dalam melalui pelatihan mental, meditasi, dan refleksi. Ajaran ini menekankan pentingnya menciptakan hubungan yang lebih erat dengan Tuhan melalui ibadah dan ritual-ritual spiritual. Tasawuf juga berfokus pada perkembangan karakter dan pemahaman tentang moralitas. Hal ini menekankan pentingnya menjadi orang yang berakhlak mulia, bertanggung jawab, dan berperilaku adil terhadap orang lain. Dengan menggabungkan keduanya, kita dapat mencapai kebahagiaan dan ketenangan melalui hubungan dengan Tuhan dan juga menjadi orang yang lebih baik dan bertanggung jawab terhadap orang lain. Akhlak dan Tasawuf dapat bekerja bersama-sama dengan meningkatkan kesadaran spiritual dan moralitas manusia. Dengan mengikuti nilai-nilai dan norma-norma yang dianut oleh akhlak dan mencari hubungan spiritual yang lebih dekat dengan Tuhan melalui ajaran Tasawuf, kita dapat mencapai kebahagiaan dan ketenangan. Akhlak dan Tasawuf berfokus pada mengatur perilaku manusia sehari-hari dan kehidupan spiritual, yang berarti bahwa keduanya harus digabungkan untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi. Dengan menggabungkan Akhlak dan Tasawuf, kita dapat menjadi orang yang lebih baik dan bertanggung jawab terhadap orang lain, dan juga mencapai kebahagiaan dan ketenangan melalui hubungan dengan Tuhan.
Olehsebab itu, filsafat dan tasawuf sangat distingtif. Sebagai sebuah ilmu yang prosesnya diperoleh dari rasa, ilmu tasawuf bersifat sangat subjektif, yakni sangat berkaitan dengan pengalaman seseoarang. itulah sebabnya, bahasa tasawuf sering tanpak aneh bila dilihat dari aspek rasio. Hal ini karena pengalaman rasa sangat sulit dibahasakan.
Ajaran Tasawuf Tasawwuf atau Sufisme bahasa Arab تصوف dalam islam hingga saat ini masih menuai pro dan kontra. Sebagian ulama menganggap bahwa tasawuf merupakan ajaran sesat yang bersumber dari kaum Nasrani, Hindu, Buddha, dan Yahudi Mereka beragumen, bahwa tasawuf/sufisme hanyalah topeng agar seseorang terlihat ta’at kepada Tuhannya. Sedangkan yang lain, berpendapat bahwa tasawuf adalah perwujudan hamba untuk mensucikan hati agar terhubung secara langsung kepada keberadaan ilmu tasawuf menjadi gonjang-ganjing di kalangan ulama, bahkan tidak diakui sebagai bagian dari islam, tapi tidak ada salahnya kita mempelajari sedikit perihal imu tasawuf, khususnya tasawuf akhali. Agar nantinya kita bisa lebih mengetahui tentang sejarah peradaban islam. Baca juga Tasawuf Sunni Pengertian, Sejarah, dan Manfaatnya dan Hubungan Akhlak dan Tasawuf dalam IslamPengertian TasawufMenurut para ahli sejarah, Tasawuf dalam islam lahir sekitar abad ke-2 atau di awal abad ke-3 Hijriyah. Tasawuf dapat diistilakan sebagai ajaran mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan usaha mensucikan hati untuk memperoleh kebahagian abadi. Sedangkan orang-orang yang mendalami ilmu tasawuf dikenal dengan istilah hingga detik ini, para ulama masih berselisih paham terkait definisi kata tasawuf secara bahasa etimologi. Ada yang menyebutnya sebagai shuffah serambi tempat duduk, shafa’ suci bersih, shuf pakaian dari bulu domba, shaf barisan, dan shufanah kayu yang tumbuh di padang pasir. Sedangkan menurut imam Junaidi Al Bhagdad, Tasawuf diartikan sebagai upaya untuk mengenal Allah SWT merasa tidak memiliki apapun dan tidak dimiliki siapapun kecuali Allah SWT dengan melakukan akhlak yang baik menurut Sunnah Rasul, meninggalkan Akhlak buruk, dan melepaskan hawa keseluruhan, ilmu tasawuf dikelompokan menjadi tiga macam, yaitu tasawuf akhlaki, tasawuf amali, dan falsafi. Dalam kesempatan kali ini, kita akan mengkaji aliran tasawuf akhlaki lebih mendalam. Mulai dari definisi, tingkatan ajaran, dan Tasawuf Akhlaki dan TingkatannyaTasawuf Akhlaki merupakan tasawuf yang berfokus pada perbaikan akhlak dan budi pekerti, berupaya mewujudkan perilaku yang baik Mahmudah serta menghindarkan diri dari sifat-sifat tercela Mazmumah. Tasawuf akhlaki ini disebut juga dengan tasawuf sunni, dikembangkan oleh para ulama salaf as-salih dengan menerapkan metode-metode para sufi, pengembangan tasawuf akhlaki dibangun sebagai dasar latihan kerohanian dengan tujuan mensucikan hati dan mengendalikan hawa nafsu sampai ke titik terendah. Sehingga nantinya tidak akan ada penghalang yang membatasi manusia dengan Tuhannya. Nah, agar lebih mudah dalam mewujudkan ajaran Tasawuf Akhlaki ini, para sufi menyusun beberapa tahapan sistem, yang meliputi Takhalli, Tahalli, dan adalah tahapan pertama yang dilakukan oleh seorang sufi untuk membersihkan melepaskan diri dari perilaku buruk, seperti berbuat maksiat, kecintaan kepada dunia yang berlebihan, berprasangka su’udzon, ujub, hasad, riya, ghadab, dan sejenisnya. Sebagian sufi berpendapat bahwa perbuatan maksiat merupakan najis maknawiyah yang bisa menghalangi kedekatan hamba dengan Rabbnya. Oleh karena itu, sifat-sifat nafsu dalam diri harus dimusnakan agar manusia tidak terjerumus ke dalam imam Al-Ghazali mempunyai pendapat lain. Menurutnya, selama hidup di dunia setiap manusia pasti membutuhkan nafsu. Bukan untuk melakukan hal-hal buruk, tapi nafsu diperlukan demi menjaga keharmonisan keluarga, membela harga diri, dan hal-hal positif lainnyaTahalliSetelah membersihkan diri dari perbuatan-perbuatan tercela,tahapan berikutnya yang perlu dilakukan adalah pengisian jiwa atau disebut Tahalli. Pada tahap ini, seorang sufi diharuskan membiasakan diri dengan akhlak-akhlak terpuji sabar, ikhlas, ridha, taubat, dan itu, juga menjalankan ketentuan syariat agama, seperti sholat, puasa, zakat, membaca Al-Quran, dan berhaji bila mampu. Dengan demikian, apabila seseorang telah terbiasa melakukan perbuatan-perbuatan mulia, taat dan beriman kepada Allah SWT maka lama-kelamaan hati pun akan menjadi yang terakhir adalah Tajalli yang berarti tersingkapnya nur ghaib. Di tahap ini, seorang sufi benar-benar menanamkan rasa cinta kepada Allah SWT di dalam hatinya. Tujuannya agar perilaku-perilaku baik yang telah dilakoni pada tahap Tahalli tidak luntur begitu saja, dan bisa terus Tajalli biasanya dilakukan dengan cara bermunajat kepada Allah SWT, yaitu memuja dan memuji keagungan Allah SWT. Kemudian bermusahabah merenungi dosa-dosa yang telah diperbuat, muraqabah merasa jiwa selalu diawasi oleh Allah SWT, Tafakkur merenungi kekuasaan Allah dalam menciptakan alam semesta, serta memperbanyak amalan Sufi yang Mengembangkan Tasawuf AkhlakiTasawuf Akhlaki pertama kali berkembang di pertengahan abad kedua hingga abad keempat hijriyah. Adapun tokoh-tokoh sufi yang tergabung dalam tasawuf ini , meliputi Hasan Al-Bashri, Imam Abu Hanifa, al-Junaidi al-Bagdadi, al-Qusyairi, as-Sarri as-Saqeti, dan al-Harowi. Selanjutnya di abad kelima hijriyah, imam Al Ghozali, Al Harawi, dan Al Qusyairi mulai mengadakan pembaharuan dengan mengembalikan dasar-dasar tawasuf yang sesuai dengan Al Quran dan as ini beberapa tokoh yang paling berpengaruh dalam pengembangan tasawuf akhlakiHasan Al-Basri 21 H- 110 HHasan Al-Bashri memiliki nama lengkap Abu Said Al-Hasan bin Yasar, adalah seorang zahid dari kalangan tabiin yang lahir di Madinah pada tahun 21 Hijriyah. Beliau merupakan pelopor utama yang mulai memperluaskan ilmu-ilmu kebatinan dan kesucian pandangannya, tasawuf merupakan ajaran untuk menanamkan rasa takut baik itu takut akan dosa-dosa, takut tidak mampu memenuhi perintah dan larangan Allah, takut akan ajal atau kematian di dalam diri setiap hamba dan senantiasa mengingat Allah SWT. Beliau berpendapat bahwa dunia adalah ladang beramal, banyak duka cita di dunia dapat memperteguh amal 165 H – 243 HAl-Muhasibi memiliki nama lengkap Abu Abdillah Al-Harist bin Asad Al-Bashri Al- Baghdadi Al-Muhasibi. Beliau lahir di Bashroh, Irak pada tahun 165 Hijriyah. Menurut beliau, tasawuf berarti ilmu yang mengajarkan untuk selalu bertakwa kepada Allah SWT, menjalankan kewajiban sebagai seorang hamba dan meneladani akhlak Rasulullah juga berpendapat ada 3 hal yang perlu ditekankan untuk membersihkan jiwa dan mencapai jalan keselamatan, yaitu melalui Ma’rifat Mengenal Allah SWT dengan mata hati, Khauf rasa takut, dan Raja’ pengharapan.Al-Qusyairi 376 H- 465 HAl-Qusyairi memiliki nama lengkap Abdul Karim bin Hawazim. Beliau lahir di kawasan Nishafur pada tahun 465 Hijriyah, dimana beliau ini merupakan seorang ulama yang ahi dalam berbagai disiplin ilmu pada tasawuf Al-Qusyairi didasarkan pada doktrin Ahlusunnah Wal Jama’ah dan berlandasakan ketauhidan. Beliau mengadakan pembaharuan di ajaran tasawuf, dengan menentang keras doktrin-doktrin aliran Karamiyah, Syi’ah, Mu’tazilah, dan Mujassamah. Ia juga menjelaskan pembeda antara dzahir dan bathil, serta syariat dan hakikat. Menurutnya, tidak haram jika seseorang menikmati kesenangan dunia, asalkan tetap berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan 450 H – 505 HAl-Ghazali memiliki nama lengkap Muhammad ibn Muhammad ibn Muhammad ibn Ahmad al-Thusi. Beliau lahir di kota Khurasan, Iran pada tahun 450 Hijriyah. Di masa hidupnya, Al Ghazali merupakan seorang ahli ilmu yang dikagumi oleh banyak ulama besar. Beliau juga dikenal sebagai seorang Sufi, Filosof, Fuqoha ahli fiqh, dan Mutakallim. Beliau juga memiliki banyak gelar, salah satunya Hujjah al-islam yang diperolehnya dari kerajaan Bani halnya Al-Qusyairi, Al-Ghazali juga berupaya mengembalikan ajaran tasawuf yang sesuai syariat agama dan bersih dari aliran-aliran asing yang menyesatkan islam, dengan berpedoman pada Al Quran dan As sunnah Ajaran Rasulullah Saw. Tasawuf Al-Ghazali lebih kepada penekanan pendidikan moral, dimana seseorang dianjurkan memperdalam ilmu aqidah dan syariat terlebih dahulu sebelum mempelajari sedikit ulasan mengenai ajaran tasawuf akhlaki. Yang perlu kita pahami, bahwa memang penting bagi seorang hamba mendekatkan diri kedapa Allah SWT. Namun bukan berarti kita melalaikan urusan di dunia. Islam memerintahkan umatnya untuk bekerja sebagai upaya memenuhi kebutuhan hidup, sebagai firman Allah dalam surat At-Taubah ayat 105“Dan Katakanlah “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada Allah Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” At-Taubah 105Semoga bermanfaat.
Perbedaandari akhlak dan tasawuf adalah pada pengertiannya itu sendiri. Akhlak dan tasawuf adalah dua hal yang berbeda dan tidak sama. Tasawuf adalah sebuah ilmu yang mengajarkan tentang bagaimana manusia harus membersihkan hati dan selalu berdzikir kepada Allah SWT. Para sufi haruslah menghindari hal-hal yang berbau kesenangan duniawi dan
Jakarta, NU Online Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama PBNU KH Said Aqil Siroj dalam peluncuran bukunya yang berjudul Allah dan Alam Semesta Perspektif Tasawuf Falsafi menegaskan bahwa tasawuf bukanlah akhlak. “Tasawuf bukan akhlak mulia. Beda. Tasawuf itu ilmu hati. Akhlak itu suluk, perilaku,” katanya di Aula Lantai 8 Gedung PBNU Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Jumat 5/2. Ramah, mencintai, gotong royong bukan bentuk tasawuf, melainkan akhlak. Menurutnya, belum tentu orang yang berakhlak baik itu sufi. Hal itu dia tegaskan dengan mengatakan bahwa kitab akhlak dan tasawuf juga berbeda. Ia menyebut kitab Minhajul Abidin karya Imam al-Ghazali itu sebagai kitab akhlak, belum masuk tasawuf. Kiai Said juga membantah tasawuf dengan memperbanyak ibadah. Hal itu menurutnya memang bagus. Tetapi, bukan itu yang dimaksud tasawuf mengingat memperbanyak ibadah tidak berbicara mengenai hati. Tasawuf juga, lanjutnya, bukan ilmu perdukunan ilmu hikmah. Kitabnya juga berbeda, seperti Mujarabat, Syamsul Maarif. Menurutnya itu memang ilmu dan terpisah, ada ilmunya sendiri. Perihal orang sakit, lalu diberikan air kemudian sembuh, Kiai Said mengakui itu betul ada dan bagian dari ilmu yang bisa dipelajari. Mengutip Abdul Ali Afifi, Kiai Said mengatakan, tasawuf adalah revolusi spiritual. Dalam arti, tasawuf dinamis tapi sangat progresif, yakni tidak boleh puas pada satu maqam posisi. Imam al-Ghazali, misalnya, sudah mencapai maqam 14, sedangkan Syekh Abdul Qadir al-Jailani telah di maqam 40. “Revolusi spiritual dalam arti hubungan Allah dan alam. Semua tidak lain adalah tajalli manifestasi wujud mutlak,” katanya. Manusia, jelasnya, hanyalah manifestasi dari wujud mutlak, yaitu Allah. Manusia hanyalah bagian dari maujudat yang diadakan, sebagaimana laut, gunung, matahari, dan seluruh alam semesta. Sementara yang betul-betul Wujud, hanyalah satu, yakni Allah swt. “Wujud satu. Yang banyak maujudat,” tegas alumnus Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur itu. Artinya, alam semesta ini hanyalah sebuah khayalan. Sebab, yang betul-betul nyata hanyalah Allah swt. “Kalau sudah sampai maqam tajalli. Yang kelihatan mata ini Allah, makhluk imajinasi, khayalan. Yang Hakiki Allah,” katanya. Jika sudah memahami demikian, orang sudah tidak akan lagi peduli dengan caci maki dan ketika disanjung pun tidak sombong. Sebab, semua maujudat ini tidak keluar dari Asma Allah. Allah menciptakan Nabi Ibrahim juga Namrud, Nabi Musa juga Firaun, Nabi Muhammad saw. juga Abu Jahal. Allah menciptakan ikan, burung, juga cacing. Allah menciptakan hidung mancung, tetapi juga dubur. “Kacamata Allah semuanya baik. Semuanya menunjukkan kesempurnaan Allah,” ujar kiai yang menamatkan studinya di Universitas Ummul Qura, Makkah, Arab Saudi itu. Sementara itu, Guru Besar Tasawuf UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Kautsar Azhari Noer mengatakan, akhlak tidak terpisah dari tasawuf, sebab tasawuf tidak mungkin ada tanpa Al-Qur’an. “Tasawuf itu berakhlak dengan akhlak Allah,” kata akademisi yang mengaku pernah belajar kitab Fushush al-Hikam kepada Kiai Said itu. Dalam peluncuran tersebut, hadir sebagai pembicara Cendekiawan Muslim Fachri Ali, Pengasuh Pondok Pesantren Progresif Bumi Shalawat Sidoarjo KH Agus Ali Masyhuri. Turut hadir pula mengikuti jalannya diskusi para pengurus PBNU dan hadirin lainnya secara virtual. Pewarta Syakir NF Editor Muhammad Faizin
A PENGERTIAN TASAWUF AKHLAKI, IRFANI DAN FALSAFI. 1. Tasawuf Akhlaki. Kata "Tasawuf " dalam bahasa arab berarti membersihkan atau saling membersihan. Kemudian "akhlak" juga berasal dari bahasa arab yang artinya perbuatan atau penciptaan. Konsep ajaran akhlak menurut Islam adalah menuju perbuatan amal shaleh.
MAKALAH AKHLAK TASAWUF TENTANG Definisi Akhlak, Tasawuf, Persamaan Dan Perbedaan Serta Hubungan Keduanya DI SUSUN OLEH KELOMPOK I AGUS RIZAL Nim ADE IRAWAN DOSEN PEMBIMBING JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PAI SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH SYEKH BURHANUDDIN STIT SB PARIAMAN TAHUN 2016 / SEMESTER III DAFTAR ISI BAB I. 3 PENDAHULUAN.. 3 Latar Belakang. 3 Rumusan Masalah. 4 BAB II. 5 PEMBAHASAN.. 5 PENGERTIAN DAN DEFINISI AKHLAK.. 5 Pengertiannya. 5 Definisi Akhlak. 6 Akhlak dan Ilmu Akhlak. 7 Etika dan Moral 8 Jenis-jenis Akhlak. 8 TASAWUF. 8 Pengertian Tasawuf. 8 Definisi Tasawuf. 10 Sejarah Kemunculan tasawuf. 10 PERBEDAAN DAN PERSAMAAN ANTARA AKHLAK DAN ILMU TASAWUF 12 Persamaan Etika, Moral, dan Akhlak. 12 Hubungan Manusia dengan Etika, Moral dan Akhlak. 13 KEDUDUKAN AKHLAK DAN TASAWUF DALAM ISLAM SERTA HUBUNGAN KEDUANYA 16 Kedudukan akhlak dalam islam.. 16 Kedudukan Tasawuf Dalam Islam.. 16 HUBUNGAN ILMU AKHLAK DENGAN ILMU LAINNYA.. 19 Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tasawuf. 19 HUBUNGAN AKHLAK DENGAN TASAWUF DALAM ISLAM… 19 Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tauhid. 21 Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Jiwa. 25 Hubungan Ilmu Jiwa dengan Ilmu Pendidikan. 25 BAB III. 26 PENUTUP. 26 kesimpulan. 26 Saran. 26 Daftar Pustaka. 27 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Akhlak Tasawwuf adalah merupakan salah satu khazanah intelektual Muslim yang kehadirannya hingga saat ini semakin dirasakan, secara historis dengan teologis akhlak tasawwuf tampil mengawal dan memandu perjalanan hidup umar agar selamat dunia dan akhirat. Tidaklah berlebihan jika misi utama kerasulan Muhammad SAW. Adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia, dan sejarah mencatat bahwa faktor pendukung keberhasilan dakwah beliau itu antara lain karena dukungan akhlaknya yang prima. Khazanah pemikiran dan pandangan di bidang akhlak da tasawwuf itu kemudian menemukan momentum pengembangan dalam sejarah, antara lain ditandai oleh munculnya sejumlah besar ulama tasawwuf dan ulama di bidang akhlak. Bersamaan dengan itu perkembangan teknologi di bidang alat-alat anti hamil, makanan minuman, dan obat-obatan telah membuka peluang terciptanya kesempatan untuk membuat produk alat-alat, makanan, minuman dan obat-obatan terlarang yang menghancurkan masa depan generasi muda. Tempat-tempat beredarnya obat terlarang semakin canggih. Demikian juga sarana yang membawa orang lupa pada tuhan, dan cenderung maksiat terbuka lebar di mana-mana. Semua in semakin enambah beban tugas akhlak tasawuf. Melihat demikian pentingnya akhlak tasawwuf dalam kehidupan ini tidaklah mengherankan jika akhlak tasawuf ditentukan sebagai mata kuliah yang wajib diikuti oleh kita semua dikarenakan pentingnya tersebut. Disadari bahwa masih banyak bidang akhlak tasawwuf yang dapat dikemukakan, namun keterbatasan ilmu yang kami miliki kami mohon maaf jika mempunyai kesalahan dalam pengumpulan data referensi yang kami kumpulkan ini. Rumusan Masalah Apa definisi Akhlak? Apa definisi Tasawuf? Bagaimana untuk memahami tujuan dari akhlak dan tasawwuf? Apa saja faidah dari mempelajari akhlak tasawwuf ? Apa persamaan dan perbedaan antara Akhlak dengan Tasawuf ? Bagaimana Hubungan antara Akhlak dengan Tasawuf? BAB II PEMBAHASAN PENGERTIAN DAN DEFINISI AKHLAK A. Pengertiannya Kata akhlak berasal dari bahasa arab yang sudah diindonesiakan, yang juga di istilahkan perangai atau kesopanan. Kata اَخْلاَقٌ Adalah jama’ Ta’sir dari kata خُلُقٌ . Kata tersebut diatas , merupakan jamak taksir yang tetap, atau tidak dapat diubah ubah bentuknya dengan jama’ taksir yang lain. Hal ini , berbeda dengan kata جَمَلٌ Unta bisa diubah ubah bentuk jamak taksirnya menjadi beberapa macam bentuk, Misalnya أَجْمَالٌ جِمَالٌ جِمَالَةٌ جِمَالاَتٌ أَجَامِلٌ جَمَائِلٌ جَمْلٌ Dan جَامِلٌ Ahli bahasa arab sering menyamakan arti akhlak dengan istilah الَسَّجِيَّةُ , اَلطَّبْعُ , اَلعَادَةٌ , اَلدِّيْنُ , اَلْمُرُوْءَةٌ yang kesemuanya diartikan dengan akhlak,watak, kesopanan, perangai, kebiasaan dan sebagainya. Selanjutnya , Barmawie Umarie[1] menguraikan pengertian sebagai berikut Asal kata akhlak adalah meervoud dari khildun yang mengandung segi-segi persesuaian dengan kata khaliq dan makhluq. Dari sinilah perumusan ilmu akhlak yang merupakan koleksi ugeran yang memungkinkan timbulnya hubungan yang baik antara makhluk dengan khalik, serta makhluk dengan makhluk lainnya. B. Definisi Akhlak Para Ulama Ilmu Akhlak merumuskan ilmu akhlak dengan berbeda-beda tinjauan yang dikemukakan, antara lain Al-Qurtuby mengatakan Suatu perbuatan manusia yang bersumber dari adab-kesopanannya disebut akhlak, karena perbuatan itu termasuk bagian dari kejadian. Muhammad bin Ilan Al-Sadiqy mengatakan Akhlak adalah suatu pembawaan dalam diri manusia, yang dapat menimbulkan perbuatan yang baik, dengan cara mudah Tanpa dorongan dari orang lain . Ibnu Maskawaih mengatakan Akhlak ialah keaadaan jiwa yang selalu mendorong manusia berbuat, tanpa memikirkan lebih lama. Abu Bakar Jabir Al-Jaziri mengatakan Aklhak adalah bentuk kejiwaan yang tertanam dalam diri manusia, yang menimbulkan perbuatan baik dan buruk, terpuji dan tercela dengan cara yang disengaja. Imam Al-Ghazali mengatakan Akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang dapat melahirkan suatu perbuatan yang gampang dilakukan, tanpa melalui maksud untuk memikirkan lebih lama . Maka jika sifat tersebut melahirkansuatu tindakan yang terpuji menurut ketentuan akal dan norma Agama, dinamakan akhlak baik . tetapi manakala ia melahirkan tindakan yang jahat, dinamakan akhlak yang buruk. Imam A-Ghazali menekankan, bahwa akhlak adalah sifat yang teranam dalam jiwa manusia, yang dapat dinilai baik dan buruknya, dengan menggunakan ukuran ilmu pengetahuan dan norma Agama. Dari eberapa definisi diataas dapat ditarik definisi lain bahwa akhlak adalah perbuatan manusia yang bersumber dari dorongan jiwanya. Maka gerakan refleks, denyut jantung dan kedipan mata tidak dapat disebut akhlak , karena gerakan tersebut tidak diperintahkan dari unsur kejiwaan. Dorongan jiwa yang melahirkan perbuatan manusia , pada dasarny bersumber dari kekuatan bathin yang dimilki oleh setiap manusia, Yaitu Tabiat pembawaan , ialah suatu dorongan jiwa yag tidak dipengaruhi oleh lingkungan manusia, tetapi disebabkan oleh aluri dan faktor warisan sifat-sifat dari orang tuanya atau nenek moyangnya. Akal – fikiran yaitu dorongan jiwa yang dipengaruhi oleh lingkungan manusia setelah melihat sesuatu, mendengarkan, merasakan, dan merabanya. Alat kejiwaan ini , hanya dapat menilai sesuatu yang lahir yang nyata . Dorongan ini disebut dengan istilah Al- Aqlu. Hati nurani yaitu dorongan kejiwaan yang hanya dipengaruhi oleh faktor intuitif wijdan . alat kejiwaan yang dapat menilai hal-hal yang sifatnya abstrak yang bathin . dorongan ini disebut Al- Bashirah. Karena dorongan ini mendapatakn ketereangan ilham dari Allah. Ketiga kekuatan kejiawaan dalm diri manusia inilah yang menggambarkan hakikat manusia itu sendiri. Maka konsep dalam pendidikan dalam islam , selalu memperhatika ketiga kekuatan tersebut, agar dapat berkembang dengan baik dan seimbang sehingga terwujud manusia yang ideal Insal Kamil menurut konsepdi Islam. C. Akhlak dan Ilmu Akhlak Akhlak adalah suatu istilah Agama yang dipakai menilai perbuatan manusia, apakah itu baiak atau buruk, sedangkan ilmu Akhlak adalah suatu illmu pengetahuan Agama Islam, yang berguna untuk memberikan petunjuk-petunjuk kepada manusia. D. Etika dan Moral Etika Ethos adalah kata Yunani yang bearti Adat, watak atau kesusilaan. Sedagkan Moral Mos yang jama’nya Mores adala kata latin yang berarti adat atau cara hidup. Istilah Etika digunakan untuk mengkaji sistem nilai yang ada, oleh karena itu etika merupakan suatu ilmu. Istilah Moral digunakan untuk memberikan keritaria perbuatan yang sedang dinilai. Oleh karena itu moral bukan suatu ilmu, tetapi merupakan suatu perbuatan manusia. E. Jenis-jenis Akhlak Akhlak baik /terpuji, yaitu perbuatan baik terhadap Tuhan, sesama manusia dan makhluk-makhluk yang lain. Akhlak buruk/ tercela yaitu perbuata buruk terhadap tuhan, sesama manusia dan makhluk-makhluk yang lain. TASAWUF A. Pengertian Tasawuf Dari segi bahasa terdapat sejumlah kata atau istilah yang dihubungkan para ahli untuk menjelaskan kata tasawuf, Harun Nasution misalnya menyebut kan lima hal yang berkenaan dengan tasawuf, yaitu al-shuffah ahl-al-shuffah,orang yang ikut nabi dari makkah ke madinah , saf barisan , sufi suci , shopos bahasa yunani hikmat , dan suf kain wol . Keseluruhan kata-kata ini bisa saja dihubungkan dengan tasawuf. Dari segi linguistik kebahasaan ini segera dapat dipahami bahwa tasawuf adalah sikap mental yang selalu memelihara kesucian diri yang pada hakikatnya adalah akhlak yang mulia. Adapun pengertian tasawuf dari segi istilah atau pendapat para ahli amat bergantug pada sudut pandang yang digunakan masing-masing, selama ini aada tiga sudut pandang yang digunakan para ahli untuk mendefinisika tasawuf, yaitu sudut pandang manusia sebagai makhluk terbatas, manusia sebagai makhluk yang harus berjuang, dan manusia sebagai makhluk yang bertuhan. Jika dilihat dari sudut pandang manusia yang terbatas maka tasawuf dapat didefinisikan sebagai upaya mensucikan diri dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan dunia, dan memusatkan perhatian hanya kepada Allah SWT. Jika dilihat sudut pandang manusia yang harus berjuang maka tasawuf dapat didefinisikan sebagai upaya memperindah diri dengan akhlak yang bersumber dari ajaran agamadalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT,dan jika sudut pandang manusia sebagai makhluk yang bertuhan, maka tasawuf dapat didefinisikan sebagai kesadaran fitrah.[2] Para ahli dalam bidang tasawuf hampir sepakat mengatakan bahwa sulit untuk merumuskan pengertian tasawuf . diantara sebab utama terjadinya hal itu karena tasawuf merupakan refleksi diri dan pengalaman pribadi seseorang[3]. Sementara itu salah seorang Ulama asal minangkabau Hamka, juga mengemukakan pendapat yang senada. Menurutnya, arti tasawuf dan asal katanya menjadi pertikaian ahli logat atau bahasa, yaitu pertama, shafa yang berarti suci bersih, ibarat kaca. Kedua dari kata shuf yang berarti bulu binatang dibaca wol kasardan mereka tidak menyukai pakaian yang indah-indah. Ketiga berasal dari kata shuffah yang diasosiasikan kepada segolongan sahabat nabi yang menyisihkan dirinya di suatu tempat terpencil disamping mesjid nabi. Keempat berasal dari kata shufanah yaitu sebatang kayu mersik yang tumbuh dipadang pasir arab. Kelima, dari theosofie, yang berarti ilmu ketuhanan yang kemudian diucapkan oleh lidah orang arab sehingga berubah menjadi tasawuf. Asal kata kelima inilah menurut Hamka baru digunakan untuk zaman akhir ini dan oleh para ahli yang menganggap sufi bukan berasal dari bahasa Arab, tetapi dari bahsa yunani yang diarabkan[4] B. Definisi Tasawuf. Para ulama tasawuf berbeda cara mamndang kegiatan tasawuf sehingga mereka merumuskan definisinya juga berbeda Ada definisi yang dikemukakan oleh para ahlinya Shekh Muhammad Amin al-Kudri “Tasawuf adalah ilmu yang dengannya dapat diketahui hal ikhwal kebaikan dan keburukan jiwa, cara membersihkannya dari sifat-sifat yang buruk dan mengisinya dengan sifat2 terpuji cara melakukan suluk, melangkah menuju keridhaan Allah dan meninggalkan Laranganya menuju kepada perintahnya . Imam Al-Ghazali mengemukakan pendapat Abu Bakar Al Kuttai. Tasawuf adalah budi pekerti ; barang siapa yang memberikan bekal budi pekerti atasmu, bearti ia memberikan bekal atas dirimu dalam tasawuf. Maka hamba yang jiwanya menerima perintah untuk beramal, karena sesungguhnya mereka melakukan suluk dengan Nur petunjuk islam. Dan ahli zuhud yang jiwanya menerima perintah untuk melakukan beberapa akhlak terpuji karena mereka telah melakukan suluk dengan nur petunjuk Imannya.[5] C. Sejarah Kemunculan tasawuf Jika dilihat dari sudut pandang munculnya tasawuf , praktek dan substansi ajaran tasawuf sebenarnya sebenarnya sudah melembaga dalam setiap invidu para sahabat nabi dan akan lebih nyata lagi pada pribadi nabi Muhammad SAW sendiri. Munculnya tasawuf sebagai disiplin ilmu tasawuf tersendiri baru nampak setelah ia diperdebatkan sebagai satu istilah sekitar akhir abad kedua Hijriah 815 H yang dinamakan wol kasar atau shuf. Pakaian ini banyak digunakan para zahid muslim sebagai pembeda diri mereka dengan orang lain yang senantiasa memakai pakaian mewah. Dalam kondisi ini shuf/wol kasar merupakan simbol sebagai orang hidup fakir dihadapan Allah SAW. Dan sejarahnya zahid pertama yang menggunakanya adalah Abi Hasan Al Khuff H . Perwujudan tasawuf secara resmi ini yang terkesan terlambat tersebut dijadikan landasan kritik bagi oreantalis, bahwa tasawuf bukan muncul dari dunia islam melainkan kemunculannya dipengaruhi oleh berbagai diluar islam/tradisi kerohanian agama-agama lain. Terkaitan dengan rumusan akar kata tasawuf ini ,barangkali menarik dan penting menguntip pendapat Harun Nasution[6], secara komprensif yang mengemukakan lima rumusan asal kata tasawuf, yaitu Pertama ahl al shuffaah ,yang beararti orang yang ikut nabi hijriah dari mekah ke madinah yang merupakan refleksi keikhlasan seseorang meninggalkan harta benda demi kepentingan Allah dan Rasul-Nya. Kedua Shaff yang bermakna saf pertama dalam sholat berjama’ah yang mendapat kemuliaan dan pahala, begitu juga dengan kaum sufi dimuliakan Allah SWT dan diberi pahala yang berlimpah. ketiga ;shufi ,yang bermakna bersih atau suci ,yaitu orang yang telah mensucikan dirinya dengan latihan-latihan riyadhah yang berat dan lama. Keempat Shophos, dari bahasa yunani yang berarti hikmah, dimana orang orang sufi adlah orang-orang yang mendapat atau mempunyai hikmah. Dengan demikian seorang sufi merupakan gambaran kearifan jiwa yang senantiasa cenderung kepada kebenaran. Kelima dari kata shuff, yang berarti kain wol kasar yang senantiasa yang dipakai kalangan sufi sebagai simbol kesederhanaan, tidak mementing kehidupan materialisme duniawi, sehingga tetap dalam tuntunan mengabdi kepada Allah SWT. PERBEDAAN DAN PERSAMAAN ANTARA AKHLAK DAN ILMU TASAWUF A. Persamaan Etika, Moral, dan Akhlak 1. Persamaan Persamaan ketiganya terletak pada fungsi dan peran, yaitu menentukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan manusia untuk ditetapkan baik atau buruk. Secara rinci persamaan tersebut terdapat dalam tiga hal Objek yaitu perbuatan manusia Ukuran yaitu baik dan buruk Tujuan membentuk kepribadian manusia[7] 2. Perbedaan Sumber atau acuan Etika sumber acuannya adalah akal Moral sumbernya norma atau adapt istiadat Akhlak bersumber dari wahyu Sifat Pemikiran Etika bersifat filososfis Moral bersifat empiris Akhlak merupakan perpaduan antara wahyu dan akal Proses munculnya perbuatan Etika muncul ketika ad aide Moral muncul karena pertimbangan suasana Akhlak muncul secara spontan atau tanpa pertimbangan.[8] B. Hubungan Manusia dengan Etika, Moral dan Akhlak Beberapa hari terakhir ini kita mendapat sajian fakta hukum yang mengenaskan dalam perjalanan Republik ini. Mafia hukum bertebaran dimana-mana, bahkan sampai mencabik-cabik prosedur hukum yang telah dijalankan pemerintah. Makelar hukum yang biasa dikenal markus juga begityu perkasa merekayasa berbagai status hukum yang tak jelas duduk perkaranya. Akhirnya, aparat penegak hukum menjadi aktor yang merusak tatanan sistem hukum itu sendiri. Fakta hukum di Indonesia inilah yang sekarang menjadi keluh-kesah masyarakat. Bahkan masyarakat sekarang tidak sedikit yang apriori, bahkan tidak lagi percaya atas kasus perkara yang diajukan ke meja hijau. Karena hukum sudah dibeli oleh oknum tak bertanggungjawab. Kasus “cicak” versus “buaya” yang sampai sekarang belum usai adalah fakta empiric bobroknya penegakan hukum di Indonesia. Berangkat dari fakta inilah, menarik kalau kita menjelajah buku bertajuk “Etika dan Hukum; Relevansi Teori Hukum Kodrat Thomas Aquinas”. Bertolak dari pemikirannya Thomas Aquinas, penulis melihat bahwa hukum pada dasarnya merupakan “peta jalan” menuju kebahagiaan. Hukum merancang atau memetakan arah yang harus diambil manusia dalam perbuatan, jika manusia ingin mencapai tujuan akhir yang dicarinya. Peta tersebut adalah hasil karya budi manusia, sebab sebelum peta itu dibuat terlebih dahulu orang harus memikirkan tujuannya dan jalan yang dapat menuntunnya kearah tujuan tersebut. Demikian juga arah dan tujuan hidup manusia. Dalam hal ini, hukum selalu merupakan perintah atau petunjuk akal budi yang mengatur perbuatan manusia menuju sasarannya, yakni kebahagiaanan kebaikan umum[9] hlm. 243. Alam pandangan hukum kodrat, manusia akan secara alamiah membentuk dan mengoraganisir diri dalam membentuk tatanan sosial dan politik. Semua itu dilakukan manusia demi memenuhi kebutuhan hidup bersama berdasarkan kebaikan dan kesejahteraan umum. Sebenarnya, bagi Aquinas, dalam diri manusia sudah ada tiga aspek pengaturan yang ditetapkan. Yang pertama, berhubungan dengan aturan akal budi, karena semua perilaku dan perasaan kita harus diatur berdasarkan aturan akal budi. Kedua, berhubungan dengan aturan yang berasal dari hukum ilahi, yang dipergunakan untuk mengatur manusia dalam segala kehidupannya. Seandainya manusia menurut kodratnya harus hidup sendirian, dua aspek pengaturan ini sudah memadai, namun karena manusia menurut hukum kodratnya adalah makhluq politik dan makhluq sosial, maka diperlukan aturan ketiga, yakni manusia harus diarahkan untuk hidup selalu dalam hubungan dengan sesamanya. Independensi manusia dalam menegakkan hukum ini mendapat perhatian serius dari Aquinas. Karena setiap persona mempunyai substansi kehidupannya sendiri yang berperan sangat penting dalam penegakan sebuah hukum. Nilai-nilai dasar kemanusiaan sebenarnya sudah melekat dalam diri persona manusia. Kedudukan yang substansial ini dikarenakan, pertama, manusia adalah makhluq otonom dan unik; kedua, manusia adalah persona yang korelatif. Otonomi dan kebebasan adalah dimensi transedental manusia sebagai persona. Manusia juga memiliki kodrat rasional, sehingga manusia adalah makhluq yang “sadar diri” atau memiliki kemampuan untuk berbuat secara manusiawi. Sedangkan dalam kodrat substansial, manusia mampu untuk menghadirkan diri dan berkembang sebagai subjek yang otonom. Kodrat rasional yang substansial inilah yang membentuk pola etis kehidupan manusia. Karena dalam diri manusia terdapat kecenderungan pada kebaikan sesuai dengan kodrat yang juga berlaku untuk semua substansi, sedemikian rupa sehingga setiap substansi mengusahakan pelestarian keberadaannya sesuai dengan hekakat kodratnya. Dalam kaitan inilah, Aquinas menyatakan bahwa segala sesuatu yang diketahui hekaket tujuan akhir, memiliki hakekat baik. Pernyataan ini menjadi akar penjabaran Aquinas tentang teori moralnya. Karena makhluq rasional yang berakal budi, maka manusia haruslah “sadar diri” dalam posisinya sebagai makhluq. Dengan “adar diri” ini, manusia akan menjadi tuan atas perbuatannya. Tuan bagi perbuatan inilah yang mengantarkan manusia kepada hakekat kemanusiaanya, dan disitulah manusia dengan akal budinya berjalan dalam nilai etis moralnya dalam menjalankan kehidupan. Akal budi manusia akan menuntun manusia untuk menemukan wujud kebaikan dan keadilan yang didambakan. Akal budi menjadi asas pertama perbuatan manusia, dan hukum merupakan aturan dan ukurannya, yang sudah seharusnya hukum memang bersumber dari akal budi. Jika hukum disusun supaya dapat mengikat perbuatan manusia, maka hukum harus adil dan membimbing manusia menuju tujuan akhir, yakni kebaikan. Kebaikan dan keadilan akan membuka keharusan ketaatan moral untuk menjadikan hukum sebagai penegak tata social yang harmonis dan seimbang. Rasa kebaikan dan keadilan akan membingkai moralitas dalam penegakan hukum. Moralitas penegak hukum bisa ditegakkan dengan selalu mencerahkan akal budianya untuk terus “sadar diri” atas keberadaannya sebagai “tuan” atas perbuatan yang dijalankan. “Sadar diri” inilah yang menjadi pangkal tolak yang diajukan Aquinas dalam membingkai hubungan etika dalam penegakan hukum. Kesadaran diri manusia harus selalu diolah, karena bagi Aquinas, kesadaran diri merupakan potensi yang harus ditafsirkan secara kritis, sehingga akan melahirkan gagasan yang segar dan mencerahkan. Makhluq yang “sadar diri” pastilah akan membuka jalan baru kehidupan yang mencerahkan dan membahagiakan. Dalam konteks ini, fakta rusaknya penegakan hukum di Indonesia bisa ditafsirkan sebagai ambruknya nilai “sadar diri”, sehingga jatuhlah nilai dan hekakat hukum. Penegak hukum bukan lagi “tuan” atas perbutannya, tetapi “tuan” bagi kekuasaan, uang, dan jabatan.[10] KEDUDUKAN AKHLAK DAN TASAWUF DALAM ISLAM SERTA HUBUNGAN KEDUANYA A. Kedudukan akhlak dalam islam Beberapa abad sebelum lahirnya agama islam disunia ini penuh kegelapan dengan runtuhnya peradaban manusia, yang sebenarnya diakibatkan oleh penyimpangan manusia dari agama tauhid yang telah dianut oleh leluhurnya, semenjak Nabi Adam As hingga Nabi Isa As. Ajaran yang dibawa oleh nabi-nabi sejak awal hingga masa lahirnya agama islam selalu menjaga martabat kemanusiaan agar tidak mengalami penurunan yang berakibat menyamaai martabat kebinatangan. Tetapi apa yang dikhawtirkan oleh nabi2 betul-betul terjadi dikalangan manusia dimana mereka saling merusak dirinya dengan bermaacam kezaliman bahkan nabinya juga dimusuhi dengan dibunuh dengan alsan bahwa ialah yang menghalangi2 kebebbasan mereka melakukan hal-hal yang dikeendakinya. Untuk mengetahui kedudukan akhlak dalam islam maka perlu diuraikan bahwa ada tiga macam sendi islam Masalah Aqidah, yang meliputi keenam macam rukun islam. Masalah Syari’ah, yang meliputi pengabdian hamba terhadap tuhannya yang dapat dilihat dalam rukun islam yang lima. Masalah Ihsan, yang meliputi hubungan terhadap Allah SWT, terhadap manusia dan seluruh makhluk hidup didunia ini. B. Kedudukan Tasawuf Dalam Islam Telah disebutkan pembahasan dimuka , bahwa ajaran akhlak dan tasawuf terdapat dalam sendi ajaran ihsan, maka tasawuf itu sendiri merupakan pengalaman hamba yang melahirkan kebijakan rohani untuk mendapatkan ma’rifah kepada Allah SWT. Mengenai kedudukan tasawuf dalam islam terdapat beberapa pendapat yang mengatakan, bahawa hal itu tidak termasuk bagian integral dari ajaran islam dengan mengmukakan argumentasi Tidak terdapat satupun kata tasawuf dan sufi dalam Qur’an dan Hadits Banyak istikah tasawuf yang sering digunakan sufi yang tidak ditemukan oleh al qur;an dan hadis. Timbulnya istilah tasawuf dan sufi beserta dengan ajarannya baru dikenal pada abad hijriyah. Ajaran tasauf yang di amalkan oleh orang islam mirip dengan ajaran mistik yang telah diamalkan oleh umat terdahulu. Ajaran tasauf dalam islam,memang tidak sama kedudukan hukumnya dengan rukun iman dan islam yang sifatnya wajib,tetapi ajaran tasauf bersifat ulama tasauf sering menamakan ajaranya dengan istilah fadaiul aamal. Memang ajaran tasauf harus diakui bahwa tidak ada satupun ayat atau hadis yang memuat kata tasauf dan sufi, karena istilah ini baru timbul ketika ulama tasauf berusaha membukukan ajran itu. Uapaya ulama tasauf memperkenalkan ajranya lewat metode peribadatan dan istilah-istilah yang telah diperoleh dari pengalaman batinya, yang memang metode dan istlah itu tidak didapatkan ayatnya di dalam al qur,an dan hadis. Tetapi sebenarnya ciptaan ulama tasawuf tentang hal tersebut, di dasarkan pada al qur,an dan hadits dengan perkataan udhkuru atau fadhuru. Ulama tasawuf yang sering juga disebut ulama Al- Muhaqiqin membuat tatacara peribadatan unrtuk mencapai tujuan tasawuf berdasarkan konsepsi dan motivasi beberapa ayat Al-Qur’an dan Hadits, yang artinya sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang kami kembalikan ketmpat yang serendah-rendahnya neraka . Dalam ayat pertama diterangkan bahwa manusia diciptakan sebaik-baiknya. Bahwa manusia diciptakan sebaik-baik kejadian, namun karna perbuatan manusia itu sendiri, maka Allah mengembalikannyakepada tempat yang hina. Ajaran tasawuf termasuk ke dalam ajaran islam yang tercakup dalam sendi ihsan, yang berfungsi memperkuat sendi Aqidah Keimanan dan sendi Shari’ah. Maka sering kita jumpai pembagian tasawuf menjdai tiga macam, yaitu Tasawuf Aqidah yaitu lingkup pembicaraan tasawuf yang menekankan maslah-masalah metafisis hal-hal yang ghaib , yg unsure unsurnya adalah keimanan kepada tuhan, seperti adanya malaikat, Syurga dan neraka dan sebagainya. Tasawuf Ibadah yaitu tasawuf yang menekankan pembicaraan dalam masalah rahasia Ibadah Asraru Al Ibadah . disamping itu Hamba yang melakukan ibadah, dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu Tingkatan orang-orang biasa Al-Awam sebagai tingkatan pertama. Tingkatan orang-orang yang istimewa Al-Khawas sebagai tiingkatan kedua. Tingkatan orang-orang yang Teristimewa atau yang luar biasa sebagai Khawas Al Khawas tingkatan yang ketiga. Kalau tingkatan pertama dimaksudkan sebagai orang-orang biasa pada umumnya, maka tingkatan kedua dimaksudkan sebagai para Wali Al Aulia , sedangkan tingkatan ketiga dimaksudkan sebagai para nabi Al Anbiya’ Tasawuf Akhlaki yaitu tasawuf yang menenkankan pembahasan pada budi pekerti yang akan mengantarkan manusia mencapai kebahagiaan dunia akhirat, sehingga di dalamnya dibahas beberapa masalah akhlak, antara lain Bertaubat At-Taubah, yaitu keinsafan seseorang dari perbuatan yang buruk, sehingga ia menyesali perbuatannya, lalu melakukan perbuatan baik. Bersyukur As-Shukru, yaitu berterimakasih kepada Allah dengan menggunakan segala nikmatnya kepada hal-hal yang dipertintahkannya. Bersabar Ash-Sabru, yaitu tahan terhadap kesulitan dan musibah yang menimpanya. Bertawakal At-Tawakkul, yaitu memasrahkan sesuatu kepada Allah SWT. Bersikap iklas Al-Ikhlas, yaitu membersihan perbuatan dari riya sifat yang menunjuk-nunjukan kepada orang lain, demi kejernihan perbuatan yang kita lakukan. HUBUNGAN ILMU AKHLAK DENGAN ILMU LAINNYA A. Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tasawuf Para ahli ilmu Tasawuf pada umumnya membagi tasawuf kepada 3 bagian yaitu tasawuf falsafi, tasawuf akhlaki dan tasawuf amali. Ketiga tasawuf ini memiliki tujuan yang sama yaitu mendekatkan diri kepada allah dengan cara membersihkan diri dari perbuatan yang tercela dan menghias diri dengan perbuatan yang terpuji. Pada tasawuf falsafi pendekatan yang digunakan pendekatan rasio atau akal pikiran. Sedangkan tasawuf akhlaki pendekatan yang digunakan adalah pendekatan akhlak yang tahapannya terdiri dari takhalli,tahalli dabn tajalli. Sedangkan tasawuf amali pendekatan yang digunakan adalah pendekatan amaliayah atau wirid. Tasawuf pada hakikatnya melakukan serangkaian ibadah seperti sholat, puasa, haji, dzikir, dan lainnya. Ibadah yang dilakukan dalam rangka tasawuf itu erat hubungannya dengan akhlak. Dalam hubungan ini Harun Nasution mengetakan bahwa ibadah dalam islam erat sekali hubungannya dengan pendidikan akhlak. Ibadah dalam al-Qur’an dikaitkan dengan takwa dan takwa berarti melaksanakan perintah tuhan dan menjauhi larangannya yaitu orang-orang yang berbuat baik dan jauh dari yang tidak baik. Inilah yang disebut denagn ajaran amar ma’ruf nahi munkar. Mengajak orang pada kebaikan dan mencegah orang dari hal-hal yang tidak baik. B. HUBUNGAN AKHLAK DENGAN TASAWUF DALAM ISLAM Untuk mengetahui hubungan Akhlak dengan Tasawuf dalam islam, maka ada beberapa pertanyaan yang dapat dijadikan keterangan; misalnya Ulama yang mengatakan bahwa akhlak itu merupakan pankal tolak tasawuf, sedangkan Tasawuf adalah batas akhir akhlak. Begitu juga halnya pernyataan Al-Kattaniy yang telah dikemukakan oleh Imam Al-Gazali yang menyatakan hubungan yang sangat erat antara akhlak dengan Tasawuf yang dilukiskan dalam pernyataan yang berbunyi Artinya Tasawuf itu adalah budi pekerti, barang siapa yang menyiapkan bekal atas mu dalam budi pekerti, maka berarti ia menyiapkan bekal atas dirimu dalam Tasawuf. Untuk memperkuat pemahaman tentang keseimbangan dunia dengan urusan akhirat yang harus diperhatikan oleh Islam, maka ada salah satu hadits yang menerangkannya اِعْمَلْ عَمَلَ امْرِئً يَظُنُّ أَنْ لَنْ يَمُوْتَ أَبَدًا , وَاحْذَرْحَذْرَامْرِئٍ أَنْ يَمُوْتَ غَدًا الروي فى السنن عن عمرو [11] Artinya Kerjakanlah sesuatu yang sama denganamalan seseorang yang tidak akan mati selama-lamany, dan lakukanlah sesuatu yang sama dengan perbuatan seseorang yang akan mati besok. Perawi hadits ini terdapat dalam Kitab Sunnah, yang bersumber dari Amr. Ada dua macam pemahaman untuk yang terkandungan dalam hadits ini, yaitu Mengandung pemahaman untuk menyeimbangan urusan dunia dengan akhirat, yang harus dilakukan dengan volume waktu dan tenaga yang seimbang. Mengandung pemahaman tentang keharusan bersungguh-sungguh bila melakukan urusan dunia, dan berbuat dengan rajin bila mengerjakan urusan istirahat. C. Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tauhid Ilmu tauhid adalah ilmu yang membahas tentang cara-cara mengesakan tuhan, selain itu ilmu ini juga disebut sebagai ilmu Ushul al-din, selain itu ilmu ini disebut juga ilmu aqa’id atau keyakinan-keyakinan. Ilmu tauhid disebut juga ilmu kalam berarti ilmu yang membahas tentang kata-kata atau silat lidah dalam rangka mempertahankan pendapat dan pendirian masing-masing. Hubungan ilmu akhlak dengan ilmu tauhid dapat dilihat melalui analisi yaitu pertama dilihat dari segi objek pembahasannya, ilmu tauhid membahas masalah tuhan baik dari segi zat, sifat dan perbuatannya, ilmu tauhid akan mengarahkan manusia menjadi ikhlas dan keikhlasan ini merupakan salah satu akhlak yang mulia. Kedua dilihat dari segi fungsinya ilmu tauhid menghendaki agar seseorang yang bertauhid tidak hanya cukup dengan menghafal rukun iman yang enam dengan dalil-dalilnya yang terpenting adalah agar orang yang bertauhid itu meniru dan mencontoh terhadap subjek yang terdapat dalam rukun iman itu. Jika kita percaya allah bahwa allah memiliki sifat-sifat tuhan itu maka sebaiknya manusia meniru sifat tersebut dengan mengembangkan sikap kasih sayang dimuka bumi. Demikian juga jika seseorang beriman kepada malaikat maka hendaknya meniru sifat-sifat yang terdapat pada malaikat seperti jujur, tidak pernah durhaka,dan patuh terhadap perintah tuhan. Dengan cara demikian percaya kepada malaikat akan membawa kepada perbaikan akhlak yang mulia sebagai mana firman allah $pkr’¯»t tûïÏ%©!$ qãZtBuä þqè% ö/ä3¡àÿRr& ö/ä3Î=÷dr&ur Y$tR $ydßqè%ur â¨$¨Z9$ äou$yfÏtø$ur $pkön=tæ îps3Í´¯»n=tB ÔâxÏî ×yÏ© w tbqÝÁ÷èt ©!$ !$tB öNèdttBr& tbqè=yèøÿtur $tB tbrâsD÷sã ÇÏÈ Artinya “malaikat-malaikat itu tidak mendurhakai allah terhadap apa yang diperintahkannyakepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkannya”Qs Al-Tahrim{66}6” $¨B àáÏÿù=t `ÏB Aöqs% wÎ Ïm÷ys9 ë=Ï%u ÓÏGtã ÇÊÑÈ Artinya “Tiada suatu ucapannya yang diucapkannya melainkan ada didekatnya malaikat pengawas yang selalu hadirQs Qaaf{50}18” Selanjutnya beriman kepada kitab-kitab yang diturunkan Tuhan khususnya Al-Quran, maka secara akhlaki harus diikuti dengan upaya menjadikan Al-Quran sebagai wasit, hakim serta imam dalam kehidupan dan diikuti dengan mengamalkan segala perintah yang ada dalam Al-Quran dan menjauhi apa yang dilarangnya. Firman allah yang artinya ôs©9 tb%x. öNä3s9 Îû ÉAqßu !$ îouqóé& ×puZ¡ym `yJÏj9 tb%x. qã_öt ©!$ tPöquø9$ur tÅzFy$ t ©!$ ZÏVx. ÇËÊÈ Artinya “sesungguhnya telah ada pada diri rasullullah itu suri teladan yang baik bagimu yaitu orang-orang yang mengharap rahmat allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut allah Qs Al-Ahzab{33}21. Ayat-ayat tersebut memberi petunjuk dan mengingatkan kepada manusia bahwa pada diri rasulullah sudah terdapat contoh akhlak yang mulia. Jika hal tersebut dinyatakan dalam Al-quran maka makudnya adalah agar diamalkan. Dengsn cara demikian beriman kepada para rasul akan menimbulkan akhlak yang mulia. Hal ini dapat diperkuat dengan cara meniru sifat-sifat yang wajib pada rasul yaitu sifat shidik, amanah, tabliqh dan fathanah. Jika semua itu ditiru oleh manusia yang mengimaninya, maka akan dapat menimbulkan akhlak yang mulia, dan disinilah letak hubungan Ilmu Akhlak dan Ilmu Tauhid. Rukun iman yang ke enam ternyata erat kaitannya dengan pembinaan akhlak yang mulia. Dengan demikian, dalam rangka pegembangan Ilmu Akhlak, bahan-bahanya dapat digali dari ajaran tauhid atau keimanan tersebut. Hubungan Ilmu Tauhid dengan Ilmu Akhlak dapat pula dilihat dari erat kaitan antara iman dan amal salih misalnya kit abaca ayat yang berbunyi xsù y7În/uur w cqãYÏB÷sã 4ÓLym x8qßJÅj3ysã $yJÏù tyfx© óOßgoY÷t/ §NèO w rßÅgs þÎû öNÎhÅ¡àÿRr& %[`tym $£JÏiB MøÒs% qßJÏk=¡çur $VJÎ=ó¡n ÇÏÎÈ Artinya “Maka demi Tuhan engkau, mereka belumlah dinamakan beriman, sebelum mereka meminta keputusan kepada engkau muhammad dalam perkara yang menjadi perselisihan diantara mereka, kemudian itu mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap apa yang telah engkau putuskan dan mereka menerima dengan senang hati. Qs Al-Nisa{4}65” $yJ¯RÎ tb%x. tAöqs% tûüÏZÏB÷sßJø9$ sÎ þqããß n<Î !$ ¾Ï&Î!qßuur u/ä3ósuÏ9 öNßgoY÷t/ br& qä9qàt $uZ÷èÏJy $uZ÷èsÛr&ur 4 y7Í´¯»s9’ré&ur ãNèd tbqßsÎ=øÿßJø9$ ÇÎÊÈ Artinya “ucapan orang yang beriman itu, apabila mereka dipanggil kepada allah dan rasulnya untuk diputuskan perkara diantara mereka, hanyalah mengatakan “kami dengar dan kami patuhi”, dan itulah orang yang beruntung. Qs Al-Nur{24}51. $yJ¯RÎ cqãYÏB÷sßJø9$ tûïÏ%©!$ qãZtBuä !$$Î/ ¾Ï&Î!qßuur §NèO öNs9 qç/$s?öt rßyg»y_ur öNÎgÏ9ºuqøBr’Î/ óOÎgÅ¡àÿRr&ur Îû ÈÎ6y !$ 4 y7Í´¯»s9’ré& ãNèd cqè%Ï»¢Á9$ ÇÊÎÈ Artinya “sesungguhnya orang-orang yang beriman itu ialah mereka yang beriman kepada allah dan rasulnya, kemudian itu mereka tidak ragu-ragu dan senantiasa berjuang dengan harta dan dirinya dijalan allah. Itulah orang yang benar keimananya. Qs Al-Hujurat,{49}15. Ayat-ayat diatas memberi petunjuk dengan jelas bahwa keimanan harus dimanifestasikan dalam perbuatan akhlak dalam bentuk kerelaan dalam menerima keputusan yang diberikan nabi terhadap perkara yang diperselisihkan diantara manusia, patuh dan tunduk terhadap keputusan allah dan rasulnya, bergetar hatinya jika mendengar ayat-ayat allah dibacakan, bertawakal, melaksanakan sholat yang khusyu, berinfak dijalan allah, menjauhi perbuatan yang tidak ada gunakan, menjaga fajrinya dan tidak ragu-ragu dalam berjuang dijalan allah. Disinilah letak hubungan antara keimanan dengan pembentukan akhak. Ilmu Tauhid tampil memberikan landasan terhadap Ilmu Akhlak dan Ilmu Akhlak t ampil memberikan penjabaran dan pengamalan dari Ilmu Tauhid. Tauhid tanpa akhlak yang mulia tidak akan ada artinya, dan akhlak yang mulia tanpa tauhid tidak akan kokoh. Selain itu Tauhid memberikan arah terhadap akhlak, dan akhlak memberi isi terhadap arahan tersebut. Disinilah letak nya hubungan yang erat dan dekat antara tauhid dan akhlak. D. Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Jiwa Ilmu jiwa mengarah pembahasannya pada aspek batin manusiadengan cara menginterprestasikan prilakunya yang tampak. Melalui bantuan informasi yang diberikan oleh Ilmu Jiwa atau potensi kejiwaan yang diberikan al-Quran, maka secara teoritis Ilmu Akhlak dapat dibangun dengan kokoh. Dalam diri manusia terdapat potensi rohaniah yang cendrung kepada kebaikan dan keburukan. Potensi rohaniah ini dikaji dalam Ilmu Jiwa. Untuk mengembangkan Ilmu Akhlak kita dapat memanfaatkan informasi yang diberikan oleh Ilmu Jiwa. Selain itu dalam Ilmu Jiwa juga terdapat perbedaan psikologis yang dialami seseorang pada setiap jenjang usianya. Misalnya pada usia balita cendrung emosional dan manja pada usia anak-anak cendrung meniru orang tuanya dan bersikap rekreatif. Gejala psikologis seperti ini akan memberikan informasi tentang perlunya menyampaikan ajaran akhlak yang sesuai dengan perkembangan jiwanya. Dalam kaitan ini dapat dirumuskan sejumlah metode dalam menanamkan akhlak yang mulia. Dengan demikian Ilmu Akhlak dapat memberikan masukan dalam rangka merumuskan tentang metode dan pendekatan dalam pembinaan akhlak. E. Hubungan Ilmu Jiwa dengan Ilmu Pendidikan Semua aspek pendidikan ditujukan pada tercapainya tujuan pendidikan yaitu banyak berhubungan dengan kualitas manusia yang berakhlak. Tujuan ilsafat ependidikan islam yaitu terbentuknya seorang hamba allah yang patuh dan tunduk melaksanakan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya sert memiliki sifat-sifat dan akhlak yang mulia. Rumusan ini sangat jelas menjelaskan bahwa Ilmu Akhlak erat kaitanya pendidikan Islam. BAB III PENUTUP kesimpulan Pada pembahasan ini dapat kita simpulkan bahwa hubungan Akhlak tasawuf sangat perlu kita pelajari, karena hal ini membahas tentang tujuan tasawuf yaitu sebagai berikut bertujuan untuk memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan Tuhan, sehingga disadari benar bahwa seseorang berada di hadirat Tuhan dan intisari dari itu adalah kesadaran akan adanya komunikasi dan dialog antara roh manusia dengan Tuhan dengan cara mengasingkan diri dan berkontemplasi. Lebih menetahui tentang Tasawuf, yang merupakan salah satu ilmu yang tentu saja berhubungan dengan ilmu lainnya. Keterkaitan ini kadang-kadang dilihat dari persamaan objek, persamaan sudut pandang, persamaan sumber dan lain sebagainya. Saran Dengan pengetahuan tentang tasawuf ini diharapkan agar kita senantiasa bertindak dan berprilaku yang seimbang sesuai dengan ajaran yang ada dalam agama islam supaya kita bisa selamat dunia akhirat dan memperoleh kebahagiaan yang sejati. Daftar Pustaka Abuddin nata, Akhlak tasawuf dan karakter mulia,jakartarajawali pers,2015. Mahjuddin, Akhlak Tasawuf.Jakarta kalam mulia,2009 Harun nasution. Falsafah dan mistisisme dalam islam, jakarta bulan bintang, 1995 Husnan Malik. Esensi Tauhid Dan Syirik Dalam Islam. Dosen Metafisika UNPAB Sumaryono,Etika dan Hukum Yogyakarta kanisius,2006 Akhlak tasawuf I.jakarta kalam mulia,2009 Barmawy Akhlak Solo Ramadhani,1990 Ihsan Sanusi, Akhlak tasawuf,batusangkarSTAIN Batusangkar pres,2012, Hamka,tasawuf modern,Jakartapustaka panjimas,1990 [1] Pengarang buku Materia Akhlak, terbitan solo,1978. [2] Abuddin nata, Akhlak tasawuf dan karakter mulia,jakartarajawali pers,2015. [3] Ihsan Sanusi, Akhlak tasawuf,batusangkarSTAIN Batusangkar pres,2012, [4] Hamka,tasawuf modern,Jakartapustaka panjimas,1990,h 12 [5] Mahjuddin, Akhlak Tasawuf.Jakarta Radar jaya offset, 2009 h. 65-67 [6] Harun nasution. Falsafah dan mistisisme dalam islam, jakarta bulan bintang, 1995, [7] H. Husnan Malik SH. Esensi Tauhid Dan Syirik Dalam Islam. Dosen Metafisika UNPAB [8] Ibid [9] Sumaryono,Etika dan Hukum Yogyakarta kanisius,2006,h. 243 [10] Ibid [11] Mahjuddin. Akhlak tasawuf I.jakarta kalam mulia,2009
musimcuti sekolah, penerapan etika moral dan akhlak dalam kehidupan, pendidikan agama islam 1 makalah tentang akhlak, 5 contoh akhlak yang baik agama sebagai moral akhlak mulia dalam kehidupan, peranan tasawuf dalam kehidupan modern, faktor persekitaran sosial dan hubungannya dengan, isu isu masalah disiplin pelajar pendekatan dan
Etika dan moral,41 sering disamakan dengan pengertian akhlak, demikian pula dengan ilmu akhlak dan Ethics. Juga ada yang berpandangan bahwa akhlak adalah Etika Islam. Akhlak, etika, atau moral sebagimana norma yang lain memiliki ukuran tersendiri, tetapi biasanya ukuran itu hampir tidak secara utuh sama antara satu dengan yang lainnya, baik secara individu maupun kolektif. Pada dasarnya etika punya visi universal dan seharusnya bisa diberlakukan bagi segenap manusia di setiap tempat dan waktu, namun ada kesukaran-kesukaran untuk mewujudkannya, karena ukuran baik dan buruk menurut anggapan orang sangatlah relatif. Hal ini tentu berbeda dengan akhlak yang kriterianya telah ditentukan secara gamblang dalam Alquran dan hadis. 36As’ad al-Sahmaraniy, Al-Akhlaq fi al-Islam wa Falsafah al-Qadimah Beirut Dar al-Nafais, 1993. 37Zaki Mubarak, Al-Akhlaq inda al-Ghazaliy, Kairo Al-Katib al-Arabiy li al-Tiba’ah wa al-Nasyr, tt. 38Abu Hasan al-Mawardiy, Adab al-Dunya wa al-din, Kairo Dar al-Fikr, 1966. 39Hasyim Asy’ari, Adab al-Alim wa al-Muta’llim fiy ma yahtaju Ilaih al Mu’allim fiy Ahwal Ta’allum wa ma Yatawaqqaf alaihi Mu’allim fiy Maqam al-Ta’lim, Jombang Tp. 2001. 40Badruddin Ibn Jama’ah, Tadhkirat al-Sami’ wa al-Mu’allimin fi Adab al-Alim wa Muta’allim Hyderabat Dairat al-Mu’arif Usmaniyah, 1354. 41Permasalahan ini merupakan kajian yang sangat prinsip dan merupakan suatu yang amat penting. Bahkan dalam dalam pemaknaan etika dan moral melihat dari asal katanya, dalam kajian K. Bertens termasuk dalam kajian filsafat. Lihat, K. Bertens, Istilah etika Islam itu sendiri berasal dari istilah bahasa Inggris. Dalam bahasa Inggeris akhlak etika Islam dipakai denga istilah Islamic Ethics. Judul buku yang dalamnya membahas persoalan akhlak Islam yang ditulis dalam bahasa Inggris antara lain berjudul Reason Tradisition in Islamic karya George F. Hourani42. Dan juga buku karya Azim Nanji sebagai yang diedit oleh Peter dalam buku A Companion to Ethics berjudul Islamic Ethics43. Kedua buku ini membentangkan dengan jelas tentang akhlak dalam Islam. Dalam hal ini nampaknya dalam bahasa Inggris istilah akhlak itu sendiri tidak ada kata yang konkrit, kecuali dalam pengertian yang hanya pendekatan makna yang kurang mencakup dan sempurna, karena makna etika sendiri ada perbedaan mendasar dengan akhlak. Kata etika berasal dari bahasa Yunani, ethos yang berarti watak kesusilaan atau Poerwadarminta mengartikan dengan ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak moral45. Dalam hal ini dipahami, etika berhubungan dengan tingkah laku manusia. Istilah etika sebagai dikemukakan para ahli46 sesuai sudut pandang yang mereka gunakan. Soegarda Poerbakawatja mengartikan etika dengan filsafat nilai dan kesusilaan tentang baik dan buruk. Etika adalah pengetahuan tentang Walau kelihatannya agak berbeda, namun pada dasarnya sama dengan akhlak. Menurutnya Ahmad Amin misalnya, akhlak adalah ilmu yang menjelaskan baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang harus ditempuh oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya diperbuat oleh 42George F. Houhani, Reason and Tradition in Islamic New York Cambridge University Press, 1985. 43Peter Singer, ed. A Companoin Tradition in Islamic New York Cambridge University Press, 1995. 44Lihat, Ahmad Charris Zubir, Kuliah Etika, Cet. II Jakarta Rajawali Press, 1980, 13. 45Lihat, Poerwadarminta, Kamus Besar, 278. 46Di antara bahasan etika dikemukakan oleh Franz Magnis-Suseno. Ia membahas lebih jauh etika dan ajaran moral dan oerbedaannya. Lebih jauh lihat, Franz Magnis-Suseno, Etika Dasar Yogyakarta Kanisius, 1987, 14. 47Lebih jauh lihat, Soegerda Poerbakawatja, Ensiklopedi Pendidikan Jakarta Gunung Agung, 1979, 82. 48Lihat, Ki Hajar Dewantara, Bagian Pertama Pendidikan Yogyakarta Taman Siswa, 1966, 138. Etika adalah termasuk dalam kajian filsafat moral,49 atau pemikiran filsafat tentang moralitas, problem moral, dan pertimbangan moral, yaitu sebuah studi yang sistematik mengenai sifat dasar dari konsep-konsep nilai baik, buruk, benar, salah yang berkaitan dengan perbuatan manusia. Dalam ini, paling kurang ada empat segi yang dapat digunakan untuk mengetahui etika, yakni melihat dari segi obyek pembahasannya, sumbernya, fungsinya dan terakhir dilihat dari segi sifatnya. Dilihat dari segi pembahasannya, etika berupaya membahas perbuatan yang dilakukan oleh manusia. Sedangkan bila dilihat dari segi sumbernya, maka etika bersumber pada akal pikiran atau filsafat. Oleh karena itu sebagai sebuah produk pemikiran, ia tidak bersifat mutlak dan tidak absolut, kebenarannya tidak universal. Dilihat dari segi fungsinya, etika sebagai penilai, penentu dan penetap terhadap suatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia. Ia berperan sebagai konseptor terhadap sejumlah perilaku manusia. Karena etika sebuah konsepsi dan hasil produk pemikiran, maka dilihat dari sifatnya ia dapat berubah-ubah sesuai dengan tuntunan zaman dan keadaan, humanistis dan antroposentris. Istilah lain dari akhlak adalah moral50. Moral dapat diartikan sebagai pengungkapan dapat tidaknya suatu perbuatan atau tindakan manusia diterima oleh sesamanya51 dalam hidup bermasyarakat. Frans Magnis Suseno menjelaskan kata moral selalu mengacu kepada baik buruknya manusia sebagai manusia. Bidang moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia52. Sedangkan norma adalah petunjuk tinkah laku yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan manusia, sedangkan nilai itu sendiri terbentuk atas dasar cipta, rasa, dan karsa. Apabila suatu norma berdasarkan dan bersumber kepada agama, maka moral itu dinamakan moral keagamaan. Apabila moral itu sama sekali tidak menghiraukan agama sehingga tidak 49Lebih jauh bahasan tentang etika Islam memiliki hubungan yang kuat dengan berbagai ilmu lainnya, bahkan etika berhubungan pula dengan problema kebahagiaan, berhubungan dengan akal, berhubungan dengan pengobatan metal dan psykologi. Lihat, Mulyadhi Kartanegara, Nalar Relegius Jakarta Erlangga, 2002, 46-54. 50Moral secara bahasa adalah perbuatan baik buruk terhadap perbuatan manusia. Lihat, Poerwadarminta, Kamus Besar, 278. 51Lihat, Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat,51. 52Franz Magnis Suseno, Etika Dasar Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral Yogyakarta Kanisius, 1987, 18-20. mengenal ajaran Tuhan dan kehidupan akhirat, hanya keduniawian saja, maka moral itu disebut moral sekuler. Dalam kaitan ini ada juga istilah yang disebut moral zuhud53, yang merupakan moral keagamaan, namun menitikberatkan kepada kehidupan akhirat, bahkan menjauhi kehidupan duniawi. Antara moral agama pun akan berbeda dalam beberapa hal berdasarkan agama tertentu yang menjadi sumbernya. Dari tradisi agama ini ada yang bertuhan satu dinamakan monotheistik, dan ada yang bertuhan banyak dinamakan politheistik. Para pemeluk agama juga punya tata cara beritual dan beribadah masing-masing penganutnya. Dalam tasawuf Islam akhlak memiliki kekuatan akhlak yang sangat ketat54. Orang tidak dapat melarikan diri dari pertanggungjawaban moral karena Tuhan Yang Maha Mengetahui segala yang dikerjakannya, baik secara terang-terangan maupun Manusia yang berdosa tidak dapat terlepas dari pembalasan Tuhan, meskipun kemungkinan terlepas dari pembalasan hukum masyarakat dan Negara. Menurut Islam, tidak ada dosa yang bisa ditebus, kecuali dengan taubat56. 53Moral zuhud di sini dimaksudkan adalah kehidupan yang dijalani oleh sufi yang bahasannya dikemukakan dalam bahasan berikutnya. 54Dalam tafsir Ibnu Katsir disebutkan ada delapan pilar tasawuf yang harus dijalankan dalam upaya mencari ridha Allah. 1. Al-Sakha’, mengedepankan contoh Nabi Ibrahim as sebagai kekasih Allah. 2. Al-Ridha, menjadikan Nabi Ismail sebagai panutan yang rela mengorbankan jiwanya mematuhi perintah melalui ayahnya Ibrahim As.. 3. Al-Sabr, menjadikan contok kesabaran Nabi Ayyub yang mendapatkan pujian langsung dari Allah. Sad44. 4. Al-Isharah, dapat memahami symbol-simbol yang terdapat dalam ajaran Allah dan RasulNya sebagaimana yang terjadi pada diri Zakariya yang langsung memahami apa yang terjadi pada Maryam. 5. Al-Gharbah, dapat menjauhkan diri dari keramaian manusia. 6 Menjadi orang pilihan sebagai sifat Nabi Musa ibn Imran. 7. Al-Sihayah, Perjuangan berat yang biasanya dijalani oleh para sufi. 8. Al-Mutasawif, senantiasa dalam usaha dan selalu bermujahadah kepada Allah dengan melepas segala sifat-sifat hayawaniyah lalu mengisinya dengan sifat-sifat Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, Jilid I, 361. 55Lihat, Abdulqadir al-Jailani, Al-Fathu al-Rabbaniy, Majlis al-Tasi’ wa Khamsun, 207. 56Syarat-syarat taubat itu adalah memohon ampun kepada Allah Swt dengan banyak membaca istighfar, menyesal atas dosa yang telah dilakukan, berjanji tidak akan mengulangi lagi dosa tersebut, dan percaya bahwa Allah Maha Pengampun. Jika berdosa kepada sesama manusia, sabaiknya kita meminta maaf kepadanya secara langsung. Ajaran moral Islam samasekali tidak memusuhi kehidupan duniawi, selama ajaran itu tidak bertentangan dengan doktrin Islam. Namun juga harus hati-hati agar tidak masuk ke wilayah shubhat. Rasulullah Saw bersabda “Sesungguhnya halal dan haram itu telah jelas dan di antara keduanya ada beberapa shubhat yang tidak diketahui oleh kebanyakan manusia. Oleh karena itu barang siapa menjauhi shubhat, sesungguhnya dia telah membersihkan agama dan kehormatan dirinya; dan barang siapa masuk ke wilayah shubhat, dikhawatirkan akan jatu ke dalam haram sebagaimana penggembala di dekat lobang, dia bisa jatuh ke dalamnya. Ketahuilah batasan Allah ialah Di antara perbedaan moral dengan etika. Moral mengandung prinsip nilai,58 dan norma yang immanen menggejala dalam masyarakat. Nilai ini mungkin bersifat transedental. Sedangkan etika59 tidak, hanya mengungkapkan nilai-nilai yang immanen saja. Bermacam-macam nilai,60 yaitu nilai material, nilai vital, dan nilai keruhanian. Nilai material yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur manusia, secara relatif lebih mudah diukur dengan alat-alat pengukur, misalnya berat, panjang, luas, isi dan sebagainya. Nilai vital yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk mengadakan kegiatan dan aktivitas. Sedangkan nilai kerohanian yaitu segala sesuatu yang berguna bagi ruhani manusia, misalnya nilai religius, keindahan, nilai moral yang berasal dari kodrat manusia, dan nilai kebenaran yang bersumber pada unsur akal manusia. Nilai yang terakhir ini tidak dapat diukur menggunakan alat-alat pengukur nilai-nilai material, tetapi hanya bisa diukur dengan akal budi dan hati nurani manusia. Secara singkat, nilai kerohanian dapat dikatakan sebagai hasil pertimbangan baik atau buruk terhadap sesuatu yang 57Hadis sahih, antara lain dapat dilihat dalam Kitab Muslim, Sahih Muslim, Juz 8, bab akhdzu al-halal wa tark shubhat, 290. 58 Nilai itu antara lain didefinisikan dengan standar atau ukuran yang digunakan untuk mengukur sesuatu. Lihat, Fuad Farid dan Abdulhamid Mutawalliy, Mabadi’ al-Falsafah wa al-Akhlaq Kuwait Wizarah al-Tarbiyyah, 1978, 197. 59Etika merupakan penyelidikan filsafat mengenai kewajiban-kewajiban manusia serta tingkah lakunya dilihat dari segi baik buruknya. Etika bertugas memberi jawaban atas pertanyaan, seperti atas dasar hak apa orang menuntut kita tunduk terhadap norma-norma yang berupa ketentuan, kewajiban, larangan dan sebagainya. Lihat, Juhaya S. Praja, Aliran-Aliran Filsafat & Etik Jakarta Prenada Media, 2005, Cet. Ke 2, 59. 60Teori nilai merupakan kerangka ketiga dalam tiga kerangka besar filsafat, yaitu teori pengalaman, teori hakikat dan teori nilai. Lebih lanjut lihat, Juhaya S. Praja, kemudian dipergunakan sebagai dasar alasan seseorang untuk melakukan atau tidak melakukannya. Adapun norma adalah petunjuk tingkah laku yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan berdasarkan suatu alasan tertentu dengan disertai sanksi, yaitu ancaman atau akibat yang akan diterima apabila norma tidak dilakukan. Sanksi agama dari Tuhan61, baik di dunia maupun di akhirat. Dalam norma kesusilaan, sanksinya berupa rasa malu dan menyesal dari diri seseorang, dalam norma sopan santun ada sanksi sosial dari masyarakat, sementara dalam dalam norma hukum ada sanksi dari pemerintah. Penerapan nilai-nilai selalu bergantung kepada norma yang dianut oleh masing-masing individu ataupun masyarakat62. Moral secara etimologi berasal dari bahasa latin mores yakni bentuk jamak dari kata mos yang mempunyai arti adat kebiasaan. Selain itu, moral adalah penentuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan manusia63. Moral secara terminologi adalah istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau buruk. Pengertian moral ini bisa dimaknai dengan prinsip-prinsip yang berkenaan dengan benar, salah, baik dan buruk; kemampuan untuk memahami perbedaan antara benar, salah, baik dan buruk; dan ajaran 61Sanksi dari Tuhan dimaksudkan adalah azab siksa yang diterima oleh seseorang yang melanggar hukum agama. Dalam kajian kalam terjadi perdebatan yang cukup dalam tentang ini yaitu menyangkut wa’ad dan wa’id. Masalah ini dibahas dalam persoalan-persoalan teologi Islam. Lihat antara lain, Harun Nasution, Teologi Islam. Jakarta UI Press, 1983. Juga Muhammad Ibn Abdulkarim, Muhammad Ibn Fathullah al-Badran Shahrastani, Ed, Kitab al-Milal wa al-Nihal, Kairo, tt. 62Dalam kasus zina misalnya, sanksinya bisa berbeda-beda suatu antara satu Negara Negara dengan lainnya. Tentang zina Amerika serikat memandangnya sebagai free sex sedangkan Indonesia mempunyai pandangan yang berbeda. Begitu juga berbeda lagi dengan hokum Islam dalam merespons kasus zina tersebut. atau gambaran tingkah laku yang Maka yang dimaksud dengan orang yang bermoral adalah orang bertingkah laku baik dan benar. Dapat dikatakan bahwa antara etika dan moral adalah sama, yakni sama-sama membahas tentang perbuatan manusia dan Tetapi walaupun demikian ada beberapa yang berbeda antara etika dan moral yakni jika moral atau moralitas digunakan untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan etika digunakan untuk pengkajian sistem nilai. Tolok ukur yang digunakan pun berbeda, jika moral tolok ukurnya adalah norma-norma yang tumbuh dan berkembang di masyarakat,66 sedangkan etika tolok ukurnya adalah rasio atau akal pikiran, karenanya etika lebih bersifat pemikiran filosofis dan berada dalam dataran konsep-konsep. Menurut Quraish Shihab antara akhlak da etika tidak dapat disamakan, karena jika etika dibatasi dengan sopan santun antara sesama manusia dan hanya berkaitan dengan perbuatan lahiriah. Sedangkan akhlak lebih luas maknanya dan cakupannya tidak hanya yang sifatnya lahiriah semata, tetapi ia meliputi hal yang sifatnya batiniah dan pikiran. Akhlak agama mencakup berbagai aspek, meliputi akhlak terhadap Allah hingga kepada sesama makhluk, baik yang bernyawa maupun yang tidak Antara etika, moral dan akhlak memiliki segi-segi persamaan dalam perbedaannya, tetapi tetap menunjuk kepada perilaku 64Persoalan moral sering didahului oleh kata kesadaran. Kesadaran moral didasarkan atas nilai-nilai yang benar-benar esensial dan fundamental serta merupakan faktor penting untuk memungkinkan tindakan manusia selalu bermoral, berperilaku susila sesuai dengan norma yang berlaku. Kesadaran moral erat kaitannya dengan hati nurani. Moral mencakup tiga hal, yakni pertama, rasional-obyektif yaitu perbuatan yang secara umum dapat diterima oleh masyarakat. Obyektif berarti dapat dilakukan secara universal, dapat disetujui dan berlaku pada setiap waktu dan tempat bagi setiap orang yang berada pada situasi yang sama. Kedua, punya punya dimensi kebebasan. Di sini, seseorang bebas untuk taat, menentukan pilihan, dan bertindak. Ketiga, ini yang utama adalah perasaan atau keharusan dari seseorang melakukan tindakan yang bermoral, sehingga dia siap menghadapi siapa saja yang mencoba menghalanginya. 65Lihat, M. Said, Etika Masyarakat Indonesia Jakarta Pradnya Paramita, 1976, 23. 66Lihat, Poerwadarminta, Kamus Bahasa Indonesia, 982. 67Muhammad Quraish Shihab, Wawasan al-Quran Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat, Bandung Mizan, 1996, 261. 68Keterangan sesuai dengan pengertian, Etika pada umumnya diidentikkan dengan moral atau moralitas. Namun meskipun sama terkait dengan baik-buruk tindakan manusia, etika dan moral memiliki perbedaan pengertian. Secara singkat, jika Dalam khazanah pemikiran Islam, etika bersama-sama dengan politik dan ekonomi bisa dimasukkan ke dalam apa yang disebut sebagai filsafat praktis al-hikmah al-amaliyah. Filsafat praktis itu sendiri berbicara tentang segala sesuatu “sebagaimana seharusnya”. Walaupun demikian, ia mesti didasarkan pada filsafat teoretis al-hikmah al-nazariyah, yaitu pembahasan mengenai segala sesautu sebagaimana adanya, di dalamnya termasuk metafisika. Dari uraian di atas dapat dipahami, antara akhlak, etika dan moral mempunyai nuansa perbedaan sekaligus memiliki kaitan erat. Kesemuanya punya sumber dan titik berat yang beragam yaitu wahyu, akal dan adat kebiasaan. Akal dapat digunakan untuk menjabarkan wahyu. Agama melibatkan penggunaan akal, tidak ada agama bagi orang yang tidak Sesuatu yang oleh orang Islam dipandang baik, maka dalam pandangan Allah pun baik pula. Dalam kaidah ushul fiqih juga dikenal istilah al-urf, yakni adat kebiasaan yang berkembang di masyarakat, juga istilah jalb al-masalih wa dar’al al-mafasid, yakni menarik manfaat dari yang membawa kebaikan, dan meninggalkan yang membawa kerusakan.
AbuddinNata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia (Cet. XIII; Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2014), h.2 . 55. Ibnu Maskawih, Tahzib Akhlaq wa Tathir A‟raq, (Cet. I, Mesir Jika program pendidikan dan pembinaan akhlak itu dirancang dengan baik, sistematik dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, maka akan menghasilkan anak-anak atau orang
Ibnu Maskawaih mengidentikkan antara akhlak dan karekter, keduanya adalah merupakan keadaan jiwa, demikian juga Imam Ghazali mengibaratkan akhlak sebagai gerak jiwa seseorang serta gambaran batinnya. Dari kedua pengertian yang diberikan oleh kedua pakar ilmu akhlak ini bahwa akhlak sebagai suatu aktifitas yang muncul dari dorongan jiwa dan gerak batin seseorang sehingga baik dan buruk karakter, kepribadian, sikap dan tingkah laku seseorang yang telah menjadi tabiat sehari-hari yang dikerjakan dengan kesadaran dan tanpa pemikiran dan pertimbangan terlebih dahulu berkait erat dengan jiwa dan batin seseorang, sehingga jelaslah bahwa akhlak merupakan bagian penting didalam ajaran agama, karena itu wajar kalau justru fungsi keseluruhan Nabi pembawa agama adalah untuk menyempurnakan akhlak, sebagaimana peringatan beliau Sesungguhnya Allah mengutus saya untuk menyempurnakan akhlak yang mulia dan memperbaiki perbuatan yang baik.[1] Karena keduanya akhlak dan agama Islam keduanya membahas dan mengupayakan bagaimana jiwa seseorang menjadi baik dan sempurna dengan membuahkan suatu pola piker, sikap dan tingkah laku shaleh, dengan keharmonisan dan keselarasan yang sempurna tanpa adanya kamoplase penipuan, kemunafikan disharmonisasinya antara batin dan jiwa, dengan prilaku, misalnya hatinya baik perilakunya jelek, atau sebaliknya perilakunya baik tetapi keluar dari jiwa dan niatan batin yang jelek, baik karena kebodohan maupun karena kejelekan jiwa. Sehingga akhlak terkait erat dengan keimanan yang sama-sama berpangkal didalam hati seseorang bahkan menurut Nabi Muhammad orang yang terbaik keimanannya adalah orang yang baik akhlaknya ketinggian budi pekerti yang muncul dari gerakan jiwa yang suci. Seperti pernyataan Nabi Sempurna-sempurnanya iman seorang mukmin adalah yang terbaik akhlaknya.HR. Tirmidzi. [2] Dalam bahasa agama Islam kata yang orang menyebut budi pekerti , perilaku, karakter dll, itu didalam islam diambil dari bahasa arab Yang kesemuanya berarti menciptakan, pencipta, ciptaan dan akhlak perilaku untuk mencipta atau buah dari ciptaan. Sehingga dalam islalm yang disebut dengan akhlak tidak hanya mempunyai sasaran antara manusia dengan manusia, tetapi yang dimaksud akhlak mempunyai sasaran yang sangat luas, akhlak antara manusia dengan manusia, manusia dengan Al-Khaliq dan manusia dengan sesama makhluk selain manusia, termasuk binatang, tumbuhan dan lingkungannya. B. Arti dan Pengertian Tasawuf Tasawuf sufi adalah suatu kata istilah atau nama yang muncul jauh dari masa Nabi 2 abad setelah Nabi, yang pertama kali dimunculkan oleh seorang zahid Abu Hasyim Al-Kufi wafat 150 H, [3] untuk suatu kelompok orang Islam yang mengkonsentrasikan dirinya pada kehidupan untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan sedekat-dekatnya dengan berbagai cara dan upaya. Kata tasawuf berasal dari kata shuffah, yang menurut etimologi dengan pendekatan historis berasal dari kata ahli. Shuffah ialah orang-orang yang ikut pindah atau hijrah dengan Nabi dari Mekkah ke Madinah, dan karena hartanya ditinggalkan, mereka berada dalam kehidupan miskin dan tak mempunyai apa-apa.[4] Mereka tinggal di masjid Nabi dengan selalu memakai pelana kuda " suffah " sebagai bantalnya sehingga disebut " Ahli Shuffah " adalah kelompok kaum muslimin yang miskin tetapi mereka berhati mulia, tidak mementingkan keduniaan, miskin tetapi berhati baik dan mulia, itulah
. 2muj1rpch8.pages.dev/9842muj1rpch8.pages.dev/5242muj1rpch8.pages.dev/3182muj1rpch8.pages.dev/3252muj1rpch8.pages.dev/5842muj1rpch8.pages.dev/6022muj1rpch8.pages.dev/4632muj1rpch8.pages.dev/2932muj1rpch8.pages.dev/6442muj1rpch8.pages.dev/7082muj1rpch8.pages.dev/8392muj1rpch8.pages.dev/4032muj1rpch8.pages.dev/9842muj1rpch8.pages.dev/2822muj1rpch8.pages.dev/747
perbedaan akhlak dan tasawuf